JAMBI, iNews.id - Penembakan yang dilakukan oleh Suku Anak Dalam (SAD) terhadap tiga satpam perusahaan di Sarolangun, Jambi terkait konflik dengan perusahaan. Warga SAD merasa kehilangan sumber penghidupan mereka setelah kedatangan perusahaan pengelolaan kebun sawit.
"Ini yang jadi intinya. Orang rimba kehilangan sumber penghidupan mereka akibat beralih fungsi menjadi perkebunan sawit,"ujar Manajer Program Suku-Suku Komunitas Konservasi Indonesia Warsi, Robert Aritonang, Senin (1/11/2021).
Robert meminta persoalan penembakan ini tidak dilihat secara parsial. Menurutnya, rentetan kasus ini merupakan akumulasi dari persoalan-persoalan dasar komunitas adat marginal yang tidak terselesaikan dengan baik.
Dia menambahkan, perusahaan hadir dan membiarkan komunitas itu terlunta-lunta di dalam lahan mereka tanpa ada upaya untuk mengakomodir SAD dan memperlakukan mereka layaknya bagian dari anak bangsa.
Di sisi lain, kebun sawit tidak lagi ada umbi di dalam tanahnya. Tidak ada lagi pohon buah untuk konsumsi. Sehingga orang rimba mengambil brondol yang jatuh untuk ditukarkan dengan beras.
"Kondisi ini yang menjadikannya sumber persoalan. Pembiaran yang terlalu lama pada nasib orang rimba telah menyebabkan semakin buruknya kualitas hidup orang rimba,” kata Robert.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait