Rumah pengasingan Bung Karno tersebut dibersihkan. Lalu, disewa oleh Belanda. Selama dua minggu menempati rumah pengasingan istrinya Inggit Ganarsih, berserta anak angkatnya Ratna Djuami, dan Hanafi menuyusul ke Bengkulu.
Rumah yang ditempati Bung Karno tersebut merupakan rumah milik pedagang Tionghoa yang di sewa Belanda, Lion Bwe Seng.
Udara dan tanah Bengkulu yang lebih baik mengembalikan kesehatan semangat perjuangan Bung Karno, sewaktu di Ende, Flores, NTT.
Sembuh dari sakit, Bung Karno langsung mengambil hati rakyat Bengkulu dengan membangun masjid dan mengundang warga berdiskusi tentang kebangsaan dan kemerdekaan.
Bung Karno juga banyak berdiskusi dan berteman baik dengan pimpinan Muhammadiyah cabang Bengkulu dan tokoh agama lain serta tokoh-tokoh setempat.
Tidak hanya itu, Soekarno juga merangkul kaum muda. Bahkan, Bung Karno mengambil alih club musik Monte Carlo yang dikembangkan menjadi sandiwara musik (Tonil), sebagai medium penyebarluasan gagasan perjuangannya. Bung Karno juga membentuk club olagraga Monte Carlo untuk cabang Badminton dan sepak bola.
"Pengasingan Bung karno di Bengkulu tetap mendapatkan pengawasan dari Polisi rahasia Belanda. Bung Karno diperbolehkan beraktivitas diluar rumah hanya saja tidak diperkenankan keluar dari Kota Bengkulu dengan radius 40 kilometer (KM)," kata Almidianto.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait