Suasana kehidupan masyarakat Timor Tengah Selatan, NTT yang menjadi daerah dengan prevelensi angka stunting tertinggi di Indonesia. (Foto: ist)

Program yang telah dilakukan yakni melalui intervensi di tingkat desa, dengan menggunakan alat edukasi yang inovatif dan mudah disebar, seperti poster pintar serta selimut cerdas agar mudah dipahami warga. Dengan dukungan  donor seperti dari Yayasan Ishk Tolaram, lembaga ini menyasar desa-desa terpencil di NTT, tidak terkecuali di Timor Tengah Selatan.

Jessica Arawinda selaku Ketua Yayasan tersebut mendapati fakta bahwa warga setempat belum familiar dengan istilah stunting. Hal itu seperti pengalamannya saat pertama kali datang pada 2018 lalu.

“Ketika pertama kali kami datang ke desa tempat kami melaksanakan program untuk pertama kalinya, sebagian besar masyarakat tidak mengenal apa itu stunting, apa kaitannya dengan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan bagaimana caranya mengoptimalkan pertumbuhan anak serta mencegah mereka dari stunting,” katanya.

“Program pertama kami menunjukan perubahan perilaku dan kebiasaan orangtua dan pengasuh yang signifikan. Intervensi dalam bentuk informasi dan pengetahuan mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan,” ujar Jessica.

Selain Yayasan Seribu Cita Bangsa, upaya pencegahan stunting juga dilakukan Tanoto Fundation. ECED Adviser Tanoto Foundation Widodo Suhartoyo mengakui bahwa kerjasama kolaboratif dengan BKKBN sangat strategis. Kerjasama itu, mencoba menyelesaikan masalah keterbelakangan pendidikan dari sektor hulu.

“Jika masalah stunting bisa kita atasi dari awal maka kami percaya tingkat pendidikan masyarakat juga akan meningkat. Tanoto sangat peduli dengan penguatan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang menjadi garda depan BKKBN dalam upaya akselerasi percepatan penurunan stunting dan komunikasi perubahan perilaku di masyarakat,”jelas Widodo.

Dengan kerjasama tersebut, BKKBN bersama para mitra kerja optimistis, target penurunan prevalensi stunting dari 48,3 persen pada 2021 lalu, bisa menurun menjadi 43,01 persen di akhir 2022. Penurunan, akan kembali terjadi hingga di angka prevalensi 36,22 persen pada 2023. Dengan kerjasama itu, penurunan kembali diharapkan terus terjadi pada 2024, dengan besaran angka 29,35 persen bisa tercapai.


Editor : Donald Karouw

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network