Lebih jauh, salah satu penyebab munculnya penanaman kebencian oleh seseorang kepada pemimpin adalah karena adanya klaim kebenaran terhadap tafsir keagamaan yang kurang dipahami. Dia kemudian memaksa orang lain untuk mengikuti pemahaman itu, bahkan dengan cara kekerasan.
"Sekarang, paham seperti ini di Indonesia sangat banyak, yaitu mengklaim apa yang dia tafsirkan adalah yang paling benar dan yang paling bahaya adalah dia bertindak seolah-olah mengatasnamakan Tuhan," ujarnya.
Dia mencontoh tindakan menanamkan kebencian kepada pemimpin yang pernah terjadi. Saat Presiden Joko Widodo menginstruksikan para gubernur di seluruh Indonesia untuk membawa tanah dan air dari masing-masing daerah menuju lokasi ibu kota negara yang baru di Kalimantan Timur.
"Pada saat itu, ada beberapa yang menilai Presiden Joko Widodo menyekutukan Tuhan atau syirik," ujarnya.
Padahal, kata Gus Miftah, perintah tersebut adalah bentuk pemahaman yang baik dari Presiden terhadap kearifan lokal dan budaya masing-masing daerah, serta wujud dari komitmen untuk membawa persatuan.
Menurut Gus Miftah, hal ini juga seperti konsep nasionalisme yang dikemukakan KH Hasyim Asy'ari melalui jargon hubbul wathan atau cinta tanah air. (*)
Editor : Febrian Putra
bnpt ideologi sesat terorisme definisi terorisme cegah terorisme cegah radikalisme radikalisme gus miftah benci pemimpin
Artikel Terkait