Gus Miftah memberi pandangan soal tindakan radikalisme yang berawa dari ketidaksukaan kepada pemimpin.IST)

JAKARTA, iNews.id - Munculnya aksi radikalisme bisa terjadi berdasarkan doktrin rasa kebencian kepada pemimpin. Hal ini disampaikan oleh Pengasuh Ponpes Ora Aji KH Miftah Maulana Habiburrahman saat podcast Kafe Toleransi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).  

Miftahurrahman mengatakan, awal dari kasus-kasus intoleransi kemudian masuk ke dalam radikalisme, salah satunya adalah menanamkan kebencian kepada pemimpin.

"Bila dianggap keliru harusnya menyampaikan dengan lemah lembut," katanya, Minggu (24/4/2022).

Pria yang akrab disapa Gus Miftah dalam podcast bertema monopoli kebenaran dan fanatisme agama ini melanjutkan, meluruskan kekeliruan bukan dengan kebencian. Ini sebagaimana ketika Nabi Harun dan Nabi Musa diberi tugas untuk menasihati pemimpin Mesir yaitu Firaun.

"Kepada Firaun saja diminta lemah lembut," ucapnya.

Lebih jauh, salah satu penyebab munculnya penanaman kebencian oleh seseorang kepada pemimpin adalah karena adanya klaim kebenaran terhadap tafsir keagamaan yang kurang dipahami. Dia kemudian memaksa orang lain untuk mengikuti pemahaman itu, bahkan dengan cara kekerasan.

"Sekarang, paham seperti ini di Indonesia sangat banyak, yaitu mengklaim apa yang dia tafsirkan adalah yang paling benar dan yang paling bahaya adalah dia bertindak seolah-olah mengatasnamakan Tuhan," ujarnya.

Dia mencontoh tindakan menanamkan kebencian kepada pemimpin yang pernah terjadi. Saat Presiden Joko Widodo menginstruksikan para gubernur di seluruh Indonesia untuk membawa tanah dan air dari masing-masing daerah menuju lokasi ibu kota negara yang baru di Kalimantan Timur.

"Pada saat itu, ada beberapa yang menilai Presiden Joko Widodo menyekutukan Tuhan atau syirik," ujarnya.

Padahal, kata Gus Miftah, perintah tersebut adalah bentuk pemahaman yang baik dari Presiden terhadap kearifan lokal dan budaya masing-masing daerah, serta wujud dari komitmen untuk membawa persatuan.

Menurut Gus Miftah, hal ini juga seperti konsep nasionalisme yang dikemukakan KH Hasyim Asy'ari melalui jargon hubbul wathan atau cinta tanah air. (*)


Editor : Febrian Putra

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network