JAKARTA, iNews.id – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah berdukacita dan menyesalkan tewasnya kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), bernama Immawan Muhammad Randi (21), dalam demonstrasi mahasiswa, Kamis sore (26/9/2019). Ormas Islam ini meminta agar kematian Randi diusut.
Randi, mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Haluoleo, Kendari, Sultra, tewas saat demonstrasi di halaman kantor DPRD Sultra yang berlangsung ricuh, Kamis sore (26/09/2019). Korban diduga terkena tembakan peluru karet yang mengenai dada kanan. Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Ismoyo Korem 143 Haluoleo Kendari.
Mahasiswa UHO Kendari Tewas saat Demo, Polisi: Tunggu Hasil Autopsi
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, pelaku harus ditindak secara hukum dengan tegas dan berat. Sebab, peristiwa itu menyangkut nyawa anak manusia. Warga negara semestinya mendapat perlindungan.
“Kejadian yang tidak diharapkan ini harus diusut tuntas dan diselesaikan secara hukum dengan tegas dan seadil-adilnya,” kata Haedar dalam penyataan resminya di situs resmi Muhammadiyah, Kamis (26/9/2019).
Mahasiswa di Kendari Tewas, Diduga Tertembak Peluru Karet saat Ricuh di DPRD Sultra
Haedar mengatakan, aparat kepolisian dan keamanan hendaknya menjalankan tugas sebagaimana mestinya. “Dan tidak melakukan tindakan-tindakan represif atau kekerasan dalam bentuk apapun sehingga semakin tercipta suasana yang kondusif,” kata Haedar.
Dia juga mengatakan, peristiwa itu menjadi perhatian dan keprihatinan semua pihak. Aksi mahasiswa dan gerakan demonstransi harus ditangani dengan sebaik-baiknya dan tidak boleh ada kekerasan dalam bentuk apa pun, apalagi yang menyangkut anak bangsa. “Semoga Allah SWT menempatkan almarhum di sisinya,” ujar Haedar.
Sementara mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah M Din Syamsuddin juga menyikapi kabar duka tersebut berpesan kepada keluarga besar IMM/AMM di seluruh Tanah Air untuk memanjatkan doa agar almarhum memperoleh husnul khatimah.
Selain itu, dia berpesan kepada keluarga besar IMM/AMM menerima peristiwa ini sebagai musibah dan tragedi demokrasi akibat tindakan represif yang patut disesalkan.
“Mendorong pengusutan yang jujur dan transparan. Agar tidak menimbulkan fitnah, sebaiknya dilakukan autopsi oleh tim internal Muhammadiyah,” katanya.
Din Syamsuddin juga mengimbau keluarga besar IMM/AMM agar tetap tenang dan tidak terhasut untuk melakukan tindakan anarkisme. “Selalu kompak dalam menegakkan amar makruf nahyi munkar,” katanya.
Kabid Humas Polda Sultra, AKBP Harry Goldenhart sebelumnya mengatakan, penyebab kematian mahasiswa tersebut masih diselidiki. “Benar, ada seorang pengunjuk rasa bernama Randi meninggal dunia. Namun, sebab kematian masih dalam proses autopsi,” kata Harry Goldenhart di Kendari, Kamis (26/9/2019).
Dia mengatakan, personel yang ditugaskan mengamankan aksi unjuk rasa tidak dibekali peluru tajam dan peluru karet. Kendaraan taktis yang digunakan water cannon atau meriam air dan mobil sound system pengurai massa.
“Sebelum bertugas personel diperiksa. Sesuai SOP hanya melengkapi diri dengan tameng, tongkat dan peluru gas air mata,” katanya.
Editor: Maria Christina













