Depresi 40 Tahun Cari Anak dan Istri, Kakek di Tanggamus Gantung Diri
TANGGAMUS, iNews.id - Warga Sukamaju, Kecamatan Ulubelu, Tenggamus, Lampung digegerkan dengan penemuan jenazah kakek yang tewas tergantung. Jenazah kakek tua itu diketahui bernama Badrun Rasid (65), diduga dia gantung diri karena depresi mencari istri dan anaknya yang terpisah 40 tahun.
Kapolsek Pulau Panggung Iptu Ramon Zamora mengatakan, jenazah kakek Badrun menggantung di sebuah warung yang tak terpakai.
Dari video yang beredar luar di media sosial, tampak warga menemukan jenazah kakek Badrun menggantung. Tampak warga berkerumun di lokasi dan ingin melihat kondisi korban. Dalam video itu, kepala dan leher korban menggantung di sebuah kain.
Sementara itu, Ramon mengatakan, dia menduga jika korban nekat gantung diri karena merasa depresi.
"Sebelumnya korban dilaporkan hilang sehingga keluarga dibantu masyarakat mencari korban yang hilang," kata Ramon, Jumat (30/10/2020).
Ramon melanjutkan, usai mencari, korban ternyata ditemukan tewas di sebuah bangunan bekas warung. Polisi kemudian datang setelah mendapat laporan dari warga.
"Saat di lokasi anggota didampingi koramil dan pihak kesehatan segera mendatangi lokasi dan mengevakuasi korban dari posisinya yang tergantung menggunakan kain ditambah tali tambang," kata dia.
Dari hasil pemeriksaan keluarga, korban diketahui hidup seorang diri di rumah adiknya. Hal ini dilakukan usai korban bercerai dengan istrinya.
"Dia diduga nekat gantung diri karena mengalami depresi tidak dapat menemukan anak istrinya selama 40 tahun serta karena sakit TBC," kata dia.
Saat olah TKP, polisi mengamankan barang bukti berupa satu helai sarung warna cokelat, seutas tali tambang warna merah dan sebilah pisau dapur stainless bergagang pelastik warna biru yang diduga digunakan memotong tali.
"Hasil pemeriksaan fisik ditubuh korban tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan atau diperkirakan korban sudah meninggal selama 12 jam sebelum ditemukan tergantung," kata dia.
Usai diperiksa, jenazah korban dimakamkan di TPU setempat, sementara keluarga menerima sebagai musibah dan menolak untuk dilakukan autopsi.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto