Menanggapinya, VBL berupaya menjelaskan tujuan kedatangannya.
“Siapa yang mau kasih mati? Saya datang di sini bukan untuk kasih mati lu. Saya datang di sini untuk urus kalian punya hidup. Makanya saya mau urus ini tanah. Kau mengerti atau tidak?,” kata VBL.
Dia lalu mengatakan, tidak sulit membuat orang mati. Yang sulit sebaliknya.
“Ngerti kau? Saya pake kepala di sini, bikin supaya orang bisa hidup. Dengan bangun ini tempat orang hidup, bukan bikin mati orang,” ucapnya.
Sejatinya dalam video tersebut, VBL selaku gubernur dengan caranya yang spontan berusaha membangun dialog dan komunikasi dengan UMH. Dia mengajak UMH berpartisipasi, bekerja sama mendukung Pemprov NTT dalam pengembangan usaha sapi di lokasi tersebut. Jika ini terjadi tentu akan bermanfaat bagi masyarakat Sumba Timur secara keseluruhan, termasuk keluarga UMH.
“Paling benar, sekarang Bapa hidup di sini, saya Gubernur. Mari kita atur ini tempat baik-baik. Piara sapi yang dagingnya premium. Dan itu kita butuh manusia-manusia (orang) datang ke sini. Bapak berpartisipasi dan anak cucu dari Bapa akan hidup karena daging premium yang baik ke depannya. Setuju tidak kalau begitu,” kata VBL.
Pertanyaan itupun sontak dijawab dengan tidak kalah keras dan tegas oleh UMH. Dia mengaku minta klarifikasi gubernur terkait siapa yang menyerahkan tanah tersebut. Tanah yang akan dikelola menjadi ranch ternak dan kemudian menjadi aset Pemprov NTT.
“Saya tidak melawan pemerintah, tidak melawan Gubernur karena itu sudah aturannya. Tetapi kita sebagai manusia yang tahu, berarti kita harus menghargai hak ulayat. Kita harus mengharga karena ini sudah ada di dalam aturan, itu saja. Tetapi kalau Pak Gubernur kasar-kasar begini, eh saya juga tidak mau lari, mati na mati. Saya punya keluarga juga banyak, mereka mau mati juga gara-gara ini tanah,” ucap UMH.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait