JAMBI, iNews.id - Masjid Muhammad Cheng Hoo yang berlokasi di Jalan Ibrahim Ripin, Kenali Asam Bawah, Kotabaru, Kota Jambi terkenal usai diviralkan waga nonmuslim di media sosial (medsos). Padahal, masjid tersebut baru dibuka untuk jemaah umum tepat pada perayaan Tahun Baru Imlek pada Jumat, 12 Februari 2021 lalu.
Kini Masjid Muhammad Cheng Hoo dikenal luas dimana-mana. Bahkan, saat ini sudah menjadi objek wisata religi dadakan.
Menurut pengurus Masjid Muhammad Cheng Hoo Rusli saat ditemui nyaris tidak percaya masjid yang dibangun sejak tahun 2012 lalu bisa berdiri dan menjadi perhatian masyarakat luas.
"Nyaris tidak percaya, seperti mimpi. Luar biasa media sosial, lewat FB, IG Twitter dan lainnya penuh dengan poto-poto Masjid Cheng Hoo sehingga membuat masyarakat penasaran dan ingin mendatanginya untuk beribadah," tuturnya, Sabtu (1/5/2021).
Pascaviral di medsos, animo masyarakat untuk beribadah sholat atau untuk mengabadikan masjid yang mirip klenteng dengan berswafoto.
Namun demikian, diakuinya, yang memviralkan masjid berwarna merah tersebut bukanlah dari orang muslim, tapi dari nonmuslim.
"Ya benar. Untuk dua bulan yang memviralkan orang non muslim baik melalui FB, IG sungguh luar biasa. Kalau kita buka penuh dengan gambar Masjid Cheng Hoo. Mereka sungguh senang dengan keberadaan Masjid Cheng Hoo ini," ucap Rusli.
Tidak hanya itu, selain penasaran mereka bertanya soal pembangunan masjid yang dibuat ala Klenteng.
"Boleh ya dibuat dengan arsitektur budaya. Karena budaya dan akidah sesuatu yang berbeda. Kalau budaya monggo (silahkan), tapi kalau akidah harus masing-masing. Gitu," katanya.
Uniknya, lanjut dia, sampai ada yang berusia 90 tahun datang melihat masjid yang viral tersebut.
"Mereka hanya mau lihat dan ada juga yang mau ibadah. Selain dari orang Jambi juga luar Kota Jambi berdatangan untuk melihat dari dekat," ujarnya.
Di samping itu, pihaknya ingin membuktikan stigma orang nonmuslim yang menganggap Islam agama yang keras.
"Kita bangun masjid, ingin buktikan bahwa Islam itu rahmatan lil alamin. Islam itu lembut, ramah tidak keras seperti pandangan mereka," katanya.
Bukti selanjutnya, bahwa Islam itu tidak lupa dengan budaya.
"Buktinya, adanya masjid berbentuk klenteng (tempat ibadah Khonghucu)," kata Rusli.
Terakhir, sambungnya, Islam juga tidak tertutup tapi terbuka. Namun, ada areal yang tidak boleh tetap ada batasannya.
"Bila stigma itu kita kikis, Insyaallah syiarnya akan jalan," ucapnya.
Rusli juga menjelaskan, bahwa shalat tarawih dan buka puasa bersama baru tahun ini digelar di Masjid Laksamana Muhammad Cheng Hoo.
Mulanya, dia tidak mengira bisa membangun sebuah masjid dengan budaya Thionghoa di tanah seluas 2.380 meter persegi. Bukanya tidak ada kendala selama proses pembangunan. Karena hampir 10 tahun tersebut, masjid berukuran 20X 20 meter tersebut sempat mangkrak selama tiga tahun.
"Biasa, soal anggaran. Tapi Alhamdulillah, berkat istiqomah dan keyakinan kepada Allah, akhirnya Masjid Cheng Hoo bisa terbangun dan bisa untuk tempat beribadah," ujarnya.
Dari banyaknya Masjid Cheng Hoo di Indonesia, Masjid Cheng Hoo Provinsi Jambi yang ke 21.
"Sebelumnya, masuk di dataran belasan, karen terlambat sehingga terakhir berada di posisi 21," katanya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait