Dia menyampaikan, untuk menunjang peningkatan target beras 400.000 ton itu, sarana infrastruktur irigasi yang ada relatif baik sehingga dapat mendukung petani bisa tanam tiga kali selama setahun.
Mereka umumnya petani di Kabupaten Lebak hanya dua kali tanam akibat kesulitan pasokan air, namun sekarang hampir semua di daerah ini telah tersentuh jaringan irigasi, baik irigasi teknis, semi teknis dan irigasi desa.
Selain itu, juga lokasi areal persawahan yang tidak memiliki jaringan irigasi atau kesulitan air maka dilakukan pompanisasi dengan menyedot air sungai maupun sumber mata air.
Para petani agar mengoptimalkan alat sarana pertanian (alsintan) untuk melakukan gerakan tanam dengan menggunakan traktor. Saat ini, diperkirakan alsintan yang dimiliki petani sekitar 60-70 persen.
"Kita berharap petani bisa menggunakan alsintan untuk percepatan tanam, sehingga dapat meningkatkan produksi pangan juga ekonomi petani menjadi lebih baik," katanya.
Dia mengimbau petani jika musim panen bisa menjual dalam bentuk beras sehingga dapat mengeruk keuntungan cukup besar. Selama ini, kebanyakan petani di sini jika musim panen dijual dalam bentuk gabah ke tengkulak maupun penampung.
Pengalaman itu, lanjut dia harga gabah selalu anjlok karena adanya permainan spekulan tersebut. "Kami minta tidak menjual gabah,tetapi menjual dalam bentuk beras sehingga dapat memenuhi pasar lokal," katanya.
Sementara itu, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya menargetkan produksi beras sebanyak 400.000 ton pada 2023 dan dengan meluncurkan berbagai program bantuan pemerintah, di antaranya upaya khusus (upsus) tanaman padi.
Pembangunan sarana itu meliputi perbaikan jaringan irigasi teknis maupun saluran irigasi desa dan pompanisasi di lahan-lahan kering. Penerapan teknologi pertanian, seperti penggunaan pupuk yang berimbang, jajar legowo, traktor dan lainnya guna menggenjot produktivitas pangan.
"Kami berharap target beras 400.000 ton bisa memberikan kesejahteraan bagi petani," ucapnya.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait