Bentrokan bermula dari adanya kesalahpahaman antara warga dan polisi di lokasi kecelakaan yang merenggut nyawa bocah SD. Emosi warga semakin memuncak hingga membakar ban, melempari petugas dengan batu dan kayu. Warga bahkan merusak mobil polisi sebagai bentuk protes terhadap seringnya kecelakaan melibatkan truk tanah di wilayah mereka.
Muhammad Jalaludin seorang warga mengungkapkan kemarahan ini bukan tanpa alasan. Perusahaan yang menjalankan proyek strategis nasional di wilayah tersebut dinilai telah mengabaikan peraturan daerah yang membatasi jam operasional kendaraan berat.
"Mereka sudah lebih dari satu tahun beroperasi pada pagi hari, saat anak-anak sekolah dan masyarakat beraktivitas. Ini sangat membahayakan," ujar Jalaludin.
Akibat pelanggaran tersebut, banyak warga yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas, terutama anak-anak. Kejadian ini membuat warga semakin resah dan menuntut agar pemerintah daerah segera mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang melanggar peraturan.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait