Arif juga mengungkapkan, tantangan yang dihadapi UMKM Indonesia, termasuk kurangnya literasi keuangan dan keterbatasan keterampilan digital. Menanggapi tantangan ini, pemerintah telah meluncurkan berbagai inisiatif, seperti pendirian Pusat Layanan Terpadu (PLUT) di seluruh Indonesia.
“Kami telah membangun 100 pusat di 26 provinsi untuk memberikan layanan terpadu bagi UKM, seperti konsultasi bisnis, pendampingan, dan akses ke pembiayaan,” ucapnya.
Pemanfaatan Teknologi Produksi
Arif Rahman Hakim juga menekankan pentingnya mendekatkan UMKM dengan akses teknologi produksi guna mendorong inovasi dan meningkatkan nilai tambah produk. Dia menyatakan, bahwa digitalisasi harus diintegrasikan ke dalam proses produksi UMKM untuk membantu mereka berkembang melampaui metode tradisional.
Lebih lanjut, Arif menyoroti pentingnya upaya memperkuat ekosistem UMKM dengan meningkatkan kemitraan antara UMKM dan perusahaan besar, serta memberikan akses ke teknologi dan skema pembiayaan yang inklusif.
Salah satu program yang diinisiasi oleh pemerintah adalah Factory Sharing atau Rumah Produksi Bersama (RPB), yang bertujuan memberikan akses UMKM ke teknologi produksi yang canggih untuk meningkatkan inovasi dan daya saing mereka di pasar global.
“Visi kami adalah menjadikan UMKM lebih tangguh, inklusif, dan kompetitif di panggung global, terutama dalam menyongsong Indonesia Emas 2045,” katanya.
Indonesia, lanjutnya, saat ini sedang mempersiapkan visi jangka panjang Indonesia Emas 2045, dengan meningkatkan pendapatan per kapita menjadi 20.000 hingga 30.000 Dolar AS selama 2 dekade mendatang.
Editor : Anindita Trinoviana
Artikel Terkait