"Untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian harimau tersebut, kami akan mengirimkan sampel organ ke laboratorium PSSP (Pusat Study Satwa Primata)," tuturnya.
Kemudian, pada Kamis (28/10/2021), dilakukan tindakan medis oleh tim medis Balai KSDA Jambi, yakni drh Yuli Akhmal dan drh Zulmanudin bersama dengan drh Sugeng Dwi Hastono dari Amanah Veterinary Services, Lampung berupa pembiusan untuk pemeriksaan fisik, pengambilan sampel darah dan feses hasil pemeriksaan sampel feses ditemukan telur cacing cooperia sp.
"Berdasarkan pemeriksaan radiologi diketahui kaki kanan depan mengalami fraktur atau patah (fraktur oblique humerus dextra ) dan luxatio dan hasil pemeriksaan darah (laboratorium) menunjukkan malnutrisi," ucap Rahmad.
Berikutnya, Jumat (29/10/2021) tim dokter memberikan ayam broiler dan hati ayam, namun tidak dimakannya. Khawatir akan keselamatannya, tim melakukan tindakan medis dengan pemberian vitamin, antibiotik, antiinflamasi dan bio energy.
Pada Sabtu, (30/10/2021) satwa buas tersebut terlihat masih terbaring dan lemas. Petugas kembali pemberian vitamin bio energy dan vitamin, pengulangan antiradang dan antibiotik.
Sehari berikutnya, siang dan malam diberikan pakan berupa hati sapi. Saat itu, harimau masih mau makan mau minum.
Melihat itu, pemberian vitamin dan bio energy terus dilakukan. Namun demikian, satwa terlihat masih berbaring dan lemas.
Upaya medis terus dilakukan tanpa putus asa. Namun, satwa terlihat sangat lemas, respons kurang (letargy) dan lebih banyak berbaring. Bahkan, terlihat sisa pakan hati sapi yang diberikan pada minggu malam masih bersisa sebanyak 250 gram.
Selanjutnya, tim dokter melakukan terapi cairan infus melalui ekor (venna cocygea) dan vitamin melalui cairan infus. Meski pakan hati sapi yang disuapi langsung ke mulut menggunakan kayu namun hanya dijilati.
Pengecekan ulang terus dilakukan, termasuk memberikan pakan. Akan tetapi, satwa banyak berbaring dan tidak respon kurang (letargi).
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait