get app
inews
Aa Text
Read Next : 2 Siswa SMP Tersangka Bullying Teman hingga Tewas di Grobogan Tak Ditahan, Kok Bisa?

Tak Tahan Di-bully, Bocah Pemulung di Pandeglang Pilih Putus Sekolah

Kamis, 26 April 2018 - 22:55:00 WIB
Tak Tahan Di-bully, Bocah Pemulung di Pandeglang Pilih Putus Sekolah
Petruk bersama ayahnya, Sarga naik sepeda untuk mencari barang rongsok yang bisa dijual kembali. (Foto: iNews.id)

PANDEGLANG, iNews.id - Petruk (8), bocah asal Kampung Kadu Pinang, Desa Sodong, Kecamatan Sodong, Pandeglang, Banten terpaksa berhenti sekolah karena tidak kuat terus di-bully teman sekelasnya. Petruk kerap mendapat perlakuan tidak mengenakkan.

Dia selalu diejek anak pemulung, miskin, kotor dan namanya aneh. Akibat sering di-bully, Petruk pun kerap bertingkah agresif di sekolah. 

Kepedihan hidup Petruk semakin bertambah, karena sejak kecil tidak mendapat belaian kasih saying dari seorang ibu. Lantaran kemiskinan yang mengimpit keluarga itu, membuat sang ibu memilih pergi meninggalkan mereka.

Sejak tak sekolah, bersama ayahnya, Sarga (47), Petruk tiap hari berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk memulung sampah plastik yang bisa dijual kembali. Sesekali, Petruk dan ayahnya naik sepeda yang sudah dimodifikasi dengan diberi bangku agar nyaman duduk di tengah sepeda tersebut.

Petruk beralasan memilih berhenti sekolah karena selalu diolok-olok temannya lantaran memiliki nama aneh dan selalu kotor. Terus di-bully, membuat Petruk selalu bertingkah agresif dengan rekan-rekannya tersebut. Sayang, keinginan bocah miskin yang tinggal di pelosok desa untuk menjadi presiden harus kandas lantaran memilih putus sekolah.

“Cita-cita saya mau jadi presiden seperti Pak Jokowi. Karena jadi presiden enak, bisa naik pesawat terus kayak Pak Jokowi,” ucap Petruk polos, Kamis (26/4/2018).





Meski demikian, Petruk masih menyimpan asa untuk kembali bersekolah. Dia ingin pintar agar tak lagi menjadi pemulung. Petruk berharap suatu hari nanti teman-temannya tak lagi mengolok-olok dirinya agar bisa kembali bersekolah. “Sejak tak sekolah, saya ikut bapak cari rongsok. Biasanya, saya tiap pagi diantar bapak pakai sepeda ke sekolah. Pulang sekolah baru cari rongsok lagi,” katanya.

Ayah Petruk, Sarga mengaku terpaksa mengajak anaknya memulung karena dalam sebulan ini terus diejek teman-temannya. “Saya khawatir, anak saya akan menyerang teman-temannya karena terus diejek. Karena itu, saya ajak dia untuk sementara tidak masuk sekolah dan ikut memulung,” katanya.

Menurut Sarga, perjalanan yang ditempuh dalam memulung sangat jauh mencapai puluhan kilometer atau seharian penuh. Hasil memulung selama satu bulan akan dikumpulkan dan dijual ke pengepul seharga Rp300.000. “Uang hasil memulung itu, sebagian untuk makan dan uang jajan sekolah,” tuturnya.

Editor: Kastolani Marzuki

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut