Petugas Masih Kesulitan Tangkap Harimau Sumatera

PEKANBARU, iNews.id - Petugas Balai Besar Konservasi Sember Daya Alam Riau terus melakukan upaya penangkapan harimau. Upaya tersebut dilakukan pascatewasnya seorang warga di Kabupaten Indragiri Hilir akibat diserang binatang buas tersebut.
Harimau Sumatera tersebut masih berkeliaran di kawasan perkebunan kelapa sawit. Warga pun resah dan khawatir terhadap serangan binatang buas tersebut karena mengancam keselamatan mereka.
Ketua Tim Penyelamat Harimau Sumatera Mulyo Hutomomengatakan, sudah hampir sebulan harimau Sumatera masih terlihat berkeliaran di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Tim gabungan penyelamatan harimau Sumatera kesulitan menangkap binatang buas tersebut karena kerap berpindah tempat.
Diketahui, harimau Sumatera atau panthera tigris sumatera baru saja menewaskan seorang warga Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti tiga hari lalu. Korban diketahui bernama Yusri diserang harimau dan mendapat gigitan di bagian leher.
"Sampai saat ini belum ketemu (harimau). Temen-temen di Kampung Danau juga belum melihat. Kami ikut berduka atas meninggalnya warga akibat serangan harimau," kata Mulyo di kantornya, Senin (12/3/2018).
Sejak kejadian tersebut warga resah karena harimau keluar masuk pemukiman penduduk. Mulyo mengingatkan, warga untuk menghindari kawasan yang dinyatakan terlarang untuk beraktivitas.
Dia menerangkan, petugas kehutanan dan tim medis yang dibantu personel TNI-Polri sudah dikerahkan ke lokasi untuk menangkap harimau Sumatera. Petugas, kata dia, sudah memasang jerat di kawasan perkebunan kelapa sawit untuk menangkap binatang buas tersebut.
"Belum memungkinkan untuk melakukan pembiusan karena keberadaan harimau keluar dari perkebunan. Ketika harimau kembali ke arah perkebunan kami akan berikan umpan-umpan yang telah diberi zat adiktif. Jadi dalam kondisi fly baru kami melakukan pembiusan," ucapnya.
World Wildlife Fund (WWF) menyatakan, konflik harimau dan manusia di Provinsi Riau terjadi karena habitat satwa dilindungi tersbeut semakin sempit. Perluasan perkebunan kelapa sawit dan maraknya perburuan liar membuat harimau Sumatera semakin terdesak dan populasinya terus berkurang.
"Kami berharap arah masyarakat mengungsi berlainan dengan harimau. Posisi harimau di barat diharapkan masyarakat ke timur. Namun, berhubung pemukiman di barat, maka mengungsinya ke barat. Di situlah terjadi papasan (manusia dengan harimau)," ungkap Mulyo.
Editor: Achmad Syukron Fadillah