get app
inews
Aa Text
Read Next : Mengerikan! Petani di Riau Lolos dari Maut Setelah Bertarung Sengit dengan 3 Harimau

Konflik Manusia dan Harimau, Tanggung Jawab Siapa?

Sabtu, 21 April 2018 - 14:53:00 WIB
Konflik Manusia dan Harimau, Tanggung Jawab Siapa?
Konferensi pers soal penangkapan harimau Sumatera yang bernama Bonita. (Foto: iNews/M Yusuf)

PEKANBARU, iNews.id - Bonita merupakan sebuah kasus unik tentang konflik manusia dengan harimau Sumatera. Proses penangkapannya juga menjadi operasi penyelamatan harimau liar yang paling lama di Indonesia, karena berlangsung selama empat bulan sejak Januari 2018.

Dalam periode tersebut, harimau betina itu telah menewaskan dua orang. Korban pertama adalah Jumiati, pekerja di perusahaan kelapa sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP) pada bulan Januari. Bonita memang kerap kali muncul di perusahaan sawit milik Malaysia tersebut pada siang hari. Kemudian korban kedua adalah warga Pulau Muda bernama Yusri, yang diterkam saat membangun rumah sarang burung walet pada bulan Maret.

Keanehan perilaku Bonita yang menyerang manusia, berkeliaran pada waktu siang dan tidak takut dengan orang, menjadi perhatian khusus dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Menteri memerintahkan agar dibentuk tim khusus untuk menangkap Bonita. Tim Gabungan Penanganan Harimau Sumatera di bawah naungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau itu berisi beragam pemangku kepentingan, mulai dari Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir, Kodim Indragiri Hilir, Polres Indragiri Hilir, Yayasan Arsari Djojohadikusumo, WWF Sumatera Program, Forum Harimau Kita, Pusat Konservasi Harimau Sumatera (PKHS), Vesswic, PT Arara Abadi dan PT THIP, serta warga setempat.

Tugas tim beragam, tidak hanya fokus menangkap dengan memasang perangkap dan mendatangkan pawang dari Aceh dan Kanada. Tim gabungan juga meredam kemarahan masyarakat yang ingin membalas dendam dan mensterilkan area jelajah harimau dari jerat-jerat yang ditebar pemburu.

Semua upaya tersebut tidak langsung berhasil, bahkan Bonita sempat melarikan diri meski sudah ditembak bius. Tim baru berhasil benar-benar membius dan menangkap Bonita pada Jumat pagi 20 April 2018, atau empat bulan setelah operasi berlangsung.

Setelah Bonita benar-benar bisa diamankan, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno, langsung datang dari Jakarta ke Riau untuk memeriksanya. Dia memberikan apresiasi kepada semua pihak atas ditangkapnya satwa yang dilindungi undang-undang tersebut, yang populasinya di Sumatera diperkirakan tinggal 400 hingga 500 ekor lagi.

"Ini upaya penyelamatan paling panjang untuk harimau Sumatera, dan jadi perhatian khusus Menteri KLHK dan juga Presiden Joko Widodo," kata Wiratno, Sabtu (21/4/2018).

Dia memerintahkan, agar tim gabungan keberadaanya terus dilanjutkan, dan Riau akan menjadi percontohan penanganan konflik harimau-manusia di Indonesia. Keberadaan tim tersebut juga penting karena ia yakin penyebab terjadinya kasus Bonita adalah akibat ketidakseimbangan jumlah makanan untuk predator tertinggi itu, akibat perubahan besar-besaran bentuk hutan sebagai habitat aslinya.

"Kami punya banyak pekerjaan rumah konflik satwa dengan manusia. Harimau kalau sampai turun (keluar hutan) sebabnya ada dua. Pertama, dia kelaparan. Dan kedua, dia terganggu keluarganya, anaknya terbunuh atau seperti itu. Pasti itu penyebabnya berdasarkan pengalaman saya di Leuser (Aceh)," ujar Wiratno.

Daerah Pelangiran sebenarnya merupakan bagian dari habitat harimau Sumatera di lansekap Kerumutan. Pemerintah memang telah menetapkan Kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan, namun di sekelilingnya sudah terdapat banyak perusahaan kelapa sawit dan industri kehutanan.

Karena itu, Wiratno berani menyatakan, kasus Bonita bukan menjadi konflik terakhir di daerah itu. Selama masih ada perburuan, pola pengusiran yang keliru, dan jumlah hewan untuk sumber makanan harimau di daerah itu tidak dijaga.

"Karena itu jangan ada penembakan dan perburuan lagi, yang salah itu perilaku masyarakatnya. Karena itu patroli gabungan harus terus dilanjutkan dan kami sudah bikin pusat pengaduan apabila terjadi konflik lagi," katanya.

Kepala BBKSDA Riau Suharyono menyatakan, pihaknya akan mengupayakan pencegahan konflik untuk terus menjadi fokus utama. Kasus Bonita seakan menjadi pintu masuk untuk melakukan pembenahan untuk mencegah konflik yang melibatkan semua pihak.

Dia mengakui masih ada harimau liar lain yang berkeliaran hingga ke area perusahaan, salah satunya harimau betina yang diberi nama Boni, namun sifatnya berbeda karena tidak menyerang manusia. Akan sulit mencegah harimau liar untuk tidak masuk ke area perusahaan, karena lokasi tersebut merupakan satu kesatuan Lansekap Kerumutan yang menjadi wilayah jelajah predator itu.

Selama proses evakuasi Bonita menunjukkan perilaku yang berbeda dengan spesies sejenis pada umumnya. Satwa terancam punah itu sangat tenang dan hanya sekali mengaum pelan selama diperjalanan.

Dalam kasus Bonita, saat translokasi harimau sumatera tidak banyak mengaum. Bonita hanya sekali mengaum dan tidak keras, padahal biasanya mengaum ketika diberi senter ke arah mata. Bonita terlihat asyik jilat-jilati kakinya, seperti merasa nyaman.

Bonita selama ini juga kerap keluar pada siang hari, berbeda dengan spesiesnya yang lebih suka keluar pada saat hari gelap. Selain itu, Bonita juga tidak takut ketika berpapasan langsung dengan manusia.

Riset terhadap perubahan perilaku harimau Sumatera ini akan sangat penting bagi ilmu pengetahuan, karena riset seperti itu belum pernah dilakukan di Indonesia.

Setiap makhluk hidup dianugrahi kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan, yang ketika dia terus menerus ditekan dan dipojokan, akan berpotensi menghantam balik ke penyerangnya demi untuk bertahan hidup. Bukan tidak mungkin, hal itu menjadi pemicu lahirnya fenomena Bonita.

Tanpa ada upaya serius semua pihak untuk mencegah konflik dan menyelamatkan hutan, perseteruan harimau dengan manusia akan terus terjadi sampai satwa langka itu benar-benar punah di habitatnya. Siapa sebenarnya yang harus bertanggung jawab.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut