Kisah Inspiratif Mahasiswa Jambi, Ubah Pelepah Pinang Jadi Piring dan Mangkuk

MUAROJAMBI, iNews.id - Kisah inspiratif kali ini datang dari mahasiswa Jambi. Dia menyulap pelepah daun pinang jadi piring dan mangkuk.
Pelepah pisang yang biasanya dibuang rupanya bisa jadi pundi-pundi uang. Bisnis inovatif ini rupanya digeluti Rudi Nata, CO Rumah Jambe-e sejak tahun 2019.
Mahasiswa di Universitas Jambi ini bahkan sudah memasarkan piring dan mangkuk pelepah pisangnya ke Jawa hingga Bali. Meski harganya murah, tapi peminatnya dan pangsa pasarnya cukup menjanjikan. Pihaknya sudah mendapatkan sertifikat dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno.
Rudi Nata memproduksi produknya di kawasan Sebapo, Kabupaten Muarojambi, Jambi. Dia mengatakan, usaha menengah kreatif ini berawal dari seorang dosen UNJA yang melakukan penelitian pada pohon jenis palem di Provinsi Jambi.
Dari 11 kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Jambi hanya ada dua kabupaten yang terdapat bahan tersebut. Pasalnya dua kabupaten tersebut, yakni Kabupaten Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur yang memiliki petani pinang.
"Selama ini, petani pinang hanya menjual buahnya saja sedangkan pelepahnya dibiarkan terbuang menjadi sampah hingga membusuk," tuturnya, Jumat (7/10/2022).
Melihat peluang itu, dosen tersebut mencoba membuat wadah makanan yang ramah lingkungan yang terbuat dari limbah daun pinang.
"Alhamdulillah apa yang diinginkan bisa terwujud. Ada beberapa alat pencetak yang terbuat sehingga bisa mempermudah produksi," ucap Rudi.
Dia menambahkan, untuk produksi tergantung orderan. Meski demikian, produksinya tidak hanya diorder di Indonesia saja tapi sudah dikenal di luar negeri. Untuk memproduksi pelepah pinang jadi pirang dan mangkuk, dibutuhkan banyak karyawan. Dia pun kini sudah mempunyai 14 karyawan.
"Piring dan mangkuk dari pelepah daun pinang ini sudah dijual hingga ke Jawa dan Bali. Sedangkan sampel sudah ada dikirim di luar negeri, ke Singapura Australia dan Korea Selatan," katanya.
Mulanya, bahan yang dibeli dari petani pinang di Kabupaten Tanjab Barat dan Tanjab Timur seharga Rp400 hingga Rp600 per pelepah tersebut dicuci sampai bersih setelah daunnya dipotong bersih. Selanjutnya, pelepah tersebut memasuki penjemuran di green house (rumah penjemuran).
"Penjemuran tidak boleh lama berkisar selama 3 sampai 4 jam," ujar Rudi.
Setelah kering barulah memasuki proses pembentukan. Dengan alat yang sudah disiapkan, kepingin pelepah pinang tersebut dibentuk piring dan mangkuk dengan alat tekanan panas.
"Kita gunakan gas elpiji untuk memanaskan alat pres, panasnya sekitar 100 sampai 150 derajat," tuturnya.
Editor: Nani Suherni