Hilangkan Trauma, TNI Ratakan Lokasi Likuifaksi Palu dengan Alat Berat
PALU, iNews.id – Lokasi titik terjadinya likuifaksi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) diratakan menggunakan alat berat, Selasa (23/10/2018). Hal itu dilakukan prajurit TNI yang tergabung dalam Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad) Penanggulangan Bencana gempa, tsunami dan likuifaksi Palu, Sigi dan Donggala dari Satuan Zeni Tempur (Zipur) TNI AD, dibantu instansi pemerintah lainnya.
Panglima Kogasgabpad Mayjen TNI Tri Soewandono mengatakan, pengerahan alat berat ini dilakukan sesuai dengan instruksi Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Dalam kunjungannya ke lokasi bencana Sulteng, Panglima TNI meminta daerah likuifaksi di Balaroa yang masih berupa puing bangunan berserakan untuk segera diratakan.
“Ini kami lakukan untuk menghilangkan rasa trauma masyarakat terhadap kejadian yang pernah menimpa mereka,” kata Soewandono dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/10/2018).
Pengakuan masyarakat setempat, mereka masih kerap terkenang dengan kondisi Balaroa terdahulu yang penuh bangunan perumahan dan pertokoan. Saat melihat kawasan itu hanya menyisakan puing dan reruntuhan, mereka kembali teringat jeritan dan teriakan penuh rasa ketakutan dari para korban saat terjadi bencana likuifaksi.
“Harapannya dengan dibersihkannya area reruntuhan, setidaknya akan menghilangkan kenangan dan rasa trauma yang memilukan,” ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Penangung Jawab Clearing dan Perataan Sektor Balaroa Letkol Czi Pabate menyampaikan bahwa pengerjaan ini memerlukan operator alat berat dengan kemampuan yang bagus. Hal itu perlu dilakukan mengingat kondisi tanah sulit diprediksi dan luas area yang akan dilakukan clearing sekitar 84 hektare.
"Kesulitan prosesnya karena kondisi tanah yang labil dan berair di bagian bawah,” ucapnya.
Bahkan dia menuturkan, ada alat berat yang sempat terjerembab dalam lumpur. Operator tidak menyadari ada kondisi tanah yang tampak padat dan keras di bagian atas, namun lunak dan berair di bagian bawah. Alat berat yang terjebak sulit dievakuasi hingga harus menggunakan excavator lain milik TNI dan dari Kementerian ESDM.
Di lokasi ini, nantinya akan dijadikan area terbuka hijau dan akan dibangun monument untuk mengingat korban atas musibah bencana likufaksi, gempa dan tsunami.
Editor: Donald Karouw