Demi Bayaran Seikhlasnya, Tukang Cukur Lansia di Pandeglang Rela Jalan Kaki 10 Km
PANDEGLANG, iNews.id – Usia senja dan tubuh renta, tak jadi halangan bagi seorang kakek asal Pandeglang bernama Karli untuk menjalankan profesinya sebagai tukang cukur keliling. Pria berusia 75 tahun ini setiap hari harus menempuh perjalanan hingga 10 km untuk menawarkan jasanya demi penghasilan yang belum pasti.
Karli saat ini hanya tinggal bersama istrinya bernama Necih (62) di Kampung Pesisir, Desa Sidamukti, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang, Banten.
“Jalan kaki 10 kiloan. Jam 8 atau 9 sampai 5 sore atau 10 malam baru pulang,” tutur Karli.
Berbekal alat cukur lawas, Karli menggantungkan hidupnya pada bayaran seikhlasnya untuk satu kali cukur. Namun biasanya dia diberi imbalan mulai dari Rp5.000 hingga Rp.10.000 untuk jasa cukurnya.
Terkadang Karli juga diminta untuk memijat, tapi karena tenaganya yang mulai berkurang, dirinya memilih untuk mencukur saja. Dalam sehari, Karli bisa mendapatkan penghasilan Rp20 ribu sampai Rp.30 ribu. Penghasilan ini cukup untuk bertahan hidup bersama istrinya.
Kebutuhan yang harus dipenuhinya memang menjadi alasan kuat bagi kakek yang akrab disapa Pak Ukat untuk menjalani profesinya ini. Apalagi dia mengaku tidak memiliki keahlian lain, kecuali mencukur.
Tak Pulang dan Tak Makan
Terkadang dalam satu hari Pak Ukat sama sekali tidak mendapatkan satu pelanggan. Jika begitu, dia memilih untuk tidak pulang. Hal ini karena tak ada uang yang bisa dibawa pulang ke rumah.
“Kalau usahanya kurang penghasilan ya enggak pulang. Kalau ada hasil baru pulang,” tuturnya.
Saat tidak pulang, Pak Ukat akan memilih tidur di emperan atau di tempat yang membuat dirinya nyaman untuk beristirahat. Tidak hanya itu saja, Pak Ukat sering tidak makan ketika tak mendapatkan pelanggan.
“Kemana aja (kalau tidak pulang),” ungkapnya.
Sang Istri, Necih pun merasa kasihan dengan suaminya yang harus berjalan kaki mengais rezeki.
“Ngeliatnya kasian. Tapi kalau enggak, makan dari mana, belanja dari mana. Kasihan sama dia,” ujar Necih.
Bermimpi Miliki Sepeda dan Alat Cukur Baru
Impian Pak Ukat saat ini sederhana. Dia hanya ingin memiliki sebuah sepeda agar tidak lagi berjalan kaki.
Saat ini kedua kakinya sering sakit akibat usianya yang tak muda lagi.
“Pengen bagaimana saya tidak jalan kaki lagi karena sudah tua. Saya minta bantuan sepeda atau apalah. Capek karena berjalan kaki,” tuturnya.
Dia juga berharap ada orang yang mau membelikan alat-alat cukur yang baru/agar pelanggannya mau dicukur olehnya.
Jadi Tukang Cuci Piring hingga Dibantu Warga
Ketua RT 05 Kampung Pesisir, Desa Sidamukti, Entis mengatakan bahwa Pak Ukat adalah sosok yang mengkhawatirkan. Di usianya yang sudah sangat tua, Pak Ukat tinggal di rumah tidak layak huni dengan penghasilan kurang untuk memenuhi kebutuhan.
“Sehari-harinya itu pekerjaannya cukur rambut keliling dari desa ke desa dengan penghasilan tidak menentu. Kadang dia dapat Rp.20 ribu, Rp.30 ribu. Kadang tidak dapat. Kalau tidak dapat tidur di pasar,” ujarnya.
Entis mengatakan tak jarang Pak Ukat bekerja menjadi tukang cuci piring di rumah makan atau bekerja apa saja demi bisa makan.
“Kadang cuci piring bantu rumah makan di pasar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya,” ujarnya.
Sebelumnya warga telah bergotong royong membantu memperbaiki rumah Pak Ukat yang roboh karena tiupan angin kencang. Seperti diketahui Pak Ukat tinggal di pesisir pantai.
Editor: Dita Angga Rusiana