get app
inews
Aa Text
Read Next : Konflik Keluarga Berujung Maut di Palu, 1 Tewas dalam Perkelahian

Cerita Mantan Panglima Damai Poso yang Ternyata Tak Pernah Ingin Berontak ke Negara

Sabtu, 18 September 2021 - 19:52:00 WIB
Cerita Mantan Panglima Damai Poso yang Ternyata Tak Pernah Ingin Berontak ke Negara
Muhammad Adnan Arsal, mantan panglima Damai Poso saat konflik berdarah di Poso, Sulawesi Tengah (Istimewa)

JAKARTA, iNews.id - Siapa yang tak kenal dengan Kiai H Muhammad Adnan Arsal? Pria yang pernah menjadi Panglima Damai Poso saat konflik berdarah di Poso, Sulawesi Tengah. Adnan ternyata tidak pernah berpikir untuk melakukan pemberontakan ke negara.

"Saya tidak ada di dalam otak untuk memberontak terhadap negara," kata Adnan dalam acara bedah buku 'Muhammad Adnan Arsal, Panglima Damai Poso', Sabtu (18/9/2021).

Adnan merupakan salah satu tokoh sentral saat proses perdamaian di Poso. Dia bahkan pernah diangkat menjadi Panglima Muslim saat konflik Poso terjadi sejak tahun 1998.

Adnan bercerita, konflik yang terjadi di Poso merupakan konflik horizontal. Sayangnya, dalam waktu beberapa tahun Poso sempat menjadi sarang gerakan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dengan pemimpinnya Santoso.

Santoso memang telah berhasil ditumpas, kata Adan, meski demikian sisa anak buahnya hingga kini masih bercokol di Poso, tepatnya di hutan Gunung Biru, yang terletak di Tamanjeka, Desa Masani, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 

"Teror yang terjadi di Poso bukanlah sisa-sisa dari konflik Poso yang lalu. Hal itu murni tindakan teror yang dilancarkan kelompok kecil sisa dari anak buah Santoso di Gunung Biru," kata Adnan.

Pria yang kini menjabat sebagai Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Poso ini menegaskan, jika konflik Poso sudah lama selesai.

Adnan bahkan pernah berdialog dan menyampaikan para muhajidin agar tidak melawan negara.

"Saya sampaikan kepada para mujahidin, kalau mau melawan negara, kita ini tidak sampai satu bulan habis. Kita harus belajar pada sejarah, bagaimana negara menumpas para pemberontak," lanjutnya.

Dia juga mengingatkan, ketimbang berkonflik dengan negara, ia meminta kepada para mujahidin untuk berdamai dan bersama membangun Poso.

Ini dilakukan  agar penduduknya dapat hidup damai dan sejahtera. Lewat pendidikan agar anak-anak bangsa di Poso mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan kesempatan untuk bersama-sama memajukan Poso.

"Tidak perlu naik gunung, kita sama-sama membangun Poso, kita lihat masa depan," kata dia.

Dialog itu membuahkan hasil, beberapa muhajidin akhirnya kembali dan sepakat untuk sama-sama memajukan Poso.

Alhasil, lewat cara tersebut dan dialog dengan para tokoh lintas agama di Poso, Bumi Sintuwu Maroso berhasil berdamai dan menyudahi konflik.

Meski begitu, kata dia, tidak semua sepakat dengan apa yang diusulkan oleh Adnan. Ada beberapa orang yang ngotot dan naik ke Gunung Biru untuk tetap angkat senjata,

"Dari situ saya tegaskan, para pemuda yang tetap ngotot angkat senjata dan berniat memerangi negara bukan bagian dari komunitas masyarakat di Poso, bukan bagian dari umat muslim Poso yang menghendaki perdamaian," katanya.

"Saya ultimatum saat itu, yang di Gunung Biru bukan kelompok saya," tegasnya.

Bahkan, kata dia, kelompok yang masih bercokol di Gunung Biru adalah musuh bersama masyarakat Poso, musuh bersama umat Islam karena tindakan yang dilakukan MIT sudah bukan lagi demi kepentingan umat Islam Poso, mereka bahkan memerangi umat yang menghendaki perdamaian.

"Ormas Islam sudah menyatakan kelompok di Gunung Biru adalah musuh bersama. Karena tidak ada definisinya umat Islam memerangi umat Islam yang lain," katanya.

Apa yang dilakukan kelompok MIT itu sudah sangat brutal, mereka membunuh petani, membunuh aparat negara, membunuh anggota TNI-Polri yang menjaga keamanan dan kedamaian di Poso.

"Itu sudah jelas bukan bagian dari masyarakat Poso, apalagi mengaku mujahidin pejuang Islam," tegasnya.

Adnan menegaskan jika orang-orang yang masih di Gunung Biru merupakan kelompok teror yang mengancam keamanan dan perdamaian masyarakat Poso yang majemuk dan damai.

"Kerja mereka hanya membunuh warga Poso, itu bukan jihad. Tidak ada jihad membunuh saudara sesama muslim," katanya.

Oleh karena itu, Kiai Adnan meminta negara, dalam hal ini seluruh stakeholder terkait untuk bahu-membahu menumpas dan menyelesaikan kelompok kecil sisa-sisa MIT di Gunung Biru agar kedamaian dan ketenangan warga Poso bisa berjalan dengan sepenuhnya.

"Apakah itu Densus 88, TNI-Polri, kita serahkan pada pemerintah. Kami warga Poso meminta kelompok yang di Gunung Biru diselesaikan, tinggal enam orang saja," kata dia.

Editor: Nur Ichsan Yuniarto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut