Sejumlah warga mengaku prihatin dan meminta agar pihak sekolah dan orang tua menjadikan kasus ini sebagai pembelajaran. Selama pandemi Covid-19, para pelajar merasakan tekanan selama belajar dari rumah atau sekolah daring.
"Innalillahi wa innalillahi roji'un. Selain banyak tugas, tanpa orang tua sadari, bentakan dan amarahan mereka bisa menjadi beban mental anak dan membuat tertekan," ujar salah seorang pelajar, Icha.
Salah seorang pelajar SMA Tarakan, Amy, mengatakan bahwa bisa jadi hal itu dipicu orang tua yang kurang perhatian terhadap anak. Anak akhirnya terbiasa menanggung beban. "Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, tingkat stres tambah tinggi," ujarnya.
Salah seorang orang tua pelajar di Tarakan, Kartini mengatakan, sekolah memang kerap membuat pelajar stres dengan berbagai tekanan. "Di sekolah mendapat beban bahkan ancaman dari pengajar terkait nilai, belum lagi masalah biaya pulsa dan jaringan internet banyak bermasalah," kata Kartini.
Persoalan lain, peranan orang tua ikut membuat siswa banyak tertekan karena mereka memang tidak memiliki kemampuan ikut membimbing atau mengajar. Dia berharap atas kejadian itu, pemerintah segera mengevaluasi sikap para guru serta sistem belajar mengajar jarak jauh.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait