JAMBI, iNews.id - Deputi V Kamtibmas Kemenko Polhukam Irjen Pol Armed Wijaya menyebut secara nasional ada 11 titik rawan di Indonesia yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Hal ini dia sampaikan saat pembukaan 'Rakor Penanggulangan Bencana Karhutla' di Polda Jambi, Kamis (25/3/2021).
"11 titik rawan tersebut ada di Sumatra dan Kalimantan serta satu di Papua," ujar Armed.
Menurutnya, kedatangan dia untuk melaksanakan monitoring bencana karhutla di wilayah rawan terjadi karhutla.
"Selain pencegahan harus ada penegakan hukum yang tegas baik masyarakat dan pihak perusahaan," katanya.
Dia menambahkan, sesuai dengan arahan Presiden, harus ada solusi permanen sehingga tidak lagi timbul potensi karhutla. Di samping itu, dia juga mengapresiasi upaya Polda Jambi yang membuat inovasi aplikasi digital pencegahan karhutla.
"Harus didasarkan koordinasi antarinstansi agar saling mendukung dan tidak berdiri sendiri," ucapnya.
Armed juga berharap semua pihak terus bergerak dan semangat dalam menanggulangi terjadinya bencana karhutla.
Kapolda Jambi Irjen Pol A Rachmad Wibowo mengungkapkan, sebagian besar kerusakan sekat kanal akibat adanya perambahan hutan. Para pelaku illegal logging selalu memanfaatkan kanal untuk mengeluarkan kayu hasil curiannya. Karena itu, Kapolda menilai perlu adanya revitalisasi sekat kanal.
“Pelaku illegal logging inilah yang menjadi salah satu faktor utama terjadinya karhutla di Provinsi Jambi," ujar Kapolda.
Dia menambahkan, dalam aktivitasnya, para pelaku ini menggunakan api, baik untuk memasak atau pun mengusir binatang. Langkah pencegahan karhutla ini yakni dengan program revitalisasi yang berjalan secara parallel dengan operasi terhadap aktivitas perambahan hutan.
"Revitalisasi sekat kanal akan terus dilaksanakan yang rencananya diterapkan di seluruh wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, baik pada kanal primer, sekunder maupun tersier," kata Rachmad.
Dia berharap, ekosistem gambut terjaga fungsinya untuk menampung air sehingga kondisi tanah tetap basah dan tidak mudah terbakar.
"Ini akan menjadi sumber pengupan yang menimbulkan awan hujan. Apabila akan dilakukan teknologi modifikasi cuaca pada puncak musim kemarau di bulan Juni dan Juli," tuturnya.
Di samping itu, Kapolda menjelaskan, tujuan dari revitalisasi sekat kanal yakni menjaga tinggi muka air dan area gambut maksimal 40 cm dari permukaan tanah. Selain itu, kanal akan mampu menampung air yang dapat digunakan dalam proses pemadaman api besar menggunakan helikopter water boombing.
"Dengan dapat dipertahankannya tinggi muka air, maka lahan gambut akan tetap basah dan tidak menjadi sumber kebakaran hutan dan lahan," katanya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait