BIMA, iNews.id - Plafon salah ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), ambruk dan nyaris menimpa belasan pasien yang dirawat inap. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden yang terjadi pada Minggu (30/08/2020) sore.
Informasi yang dihimpun, Senin (31/08/2020), sebanyak 15 orang pasien yang semula dirawat di kamar Nuri Sal Bedah, telah dipindahkan ke Ruang VIP B Rumah Sakit setempat. Para pasien dan keluarga sebelumnya dievakuasi dari bangunan yang telah ambruk.
Menurut salah seorang keluarga pasien, saat kejadian, seluruh pasien yang dirawat terpaksa harus lari berhamburan keluar dari kamar yang ambruk. Mereka khawatir bangunan yang dibangun pada tahun 2017 itu akan ikut ambruk, mengingat kejadian tersebut berlangsung secara tiba-tiba.
"Kejadian ambruknya plafon di Sal Bedah Kamar Nuri terjadi sekitar pukul 18.15 Wita. Tak lama, seluruh pasien dievakuasi di VIP B untuk perawatan lebih lanjut," kata keluarga pasien yang meminta namanya tidak disebutkan.
Dari pantauan, belasan pasien yang telah dievakuasi kini telah dirawat di beberapa ruangan VIP B di antaranya kamar Melati, Mawar, Anggrek, dan kamar Dahlia. Kebanyakan pasien dan keluarganya masih mengalami trauma akibat kejadian tersebut.
Sementara sampah plafon bekas ambruk telah dibersihkan oleh petugas. Tak hanya itu, fasilitas pasien seperti ranjang tempat tidur dan lemari telah dikeluarkan karena pihak rumah sakit berencana untuk perbaikan bangunan pada ruangan tersebut.
Menanggapi hal itu, Ketua Pengaduan RSUD Bima, Junaidin yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Diklat RSUD Bima mengakui jika seluruh pasien sebanyak 15 orang telah dipindahkan ke tempat yang lebih aman, yakni VIP B.
Meski masih mengalami sedikit trauma, dipastikan saat ini pasien telah diberikan pelayanan khusus demi mengembalikan kondisi psikologis pasien pascaambruknya plafon di kamar Nuri.
"Semua pasien dalam kondisi aman. Saat ini kami sedang mendiskusikan terkait perbaikan plafon bangunan Sal Bedah yang ambruk dengan menggunakan dana perawatan yang ada di rumah sakit agar bisa digunakan kembali," kata Junaidin, Senin (31/8/2020).
Junaidin mengakui, ambruknya plafon bangunan yang dibangun tahun 2017 lalu bukan karena kualitas pekerjaan yang buruk. Insiden itu terjadi karena kondisi plafon yang sudah rapuh. Terlebih, di lantai II bangunan tersebut tak pernah kosong dari aktivitas pasien dan keluarganya sehingga memudahkan plafon lantai bawah mudah ambruk.
"Dengan anggaran yang tersedia, kami telah memanggil tukang untuk memperbaiki yang rusak sehingga terlihat bangunan baru lagi," ujarnya.
Junaidin menambahkan, dari 15 orang pasien yang dirawat di ruangan tersebut, 14 orang di antaranya merupakan pasien Badan Penyelenggara Jaminan (BPJS) Kesehatan. "Seorang pasien sedang mengurus bahan administrasi yang kemungkinan besar segera keluar dari rumah sakit karena telah sembuh," ujarnya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait