Ritual Kawalu merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Badui kepada Sang Maha Kuasa atas anugerah hasil alam yang diberikan.
Kehidupan masyarakat Badui dikenal hanya mengandalkan penghasilan ekonomi dan ketahanan pangan dari huma ladang dengan menanam padi huma, pisang, jagung, jahe, kencur, endog tiwu, sayur-sayuran, dan cabai.
Tradisi Ratusan Tahun
Tradisi Kawalu sudah berlangsung ratusan tahun oleh masyarakat Badui Dalam dan Badui Luar. Ritual ini merupakan upacara adat yang sakral.
Jika masyarakat Badui tidak melaksanakan tradisi Kawalu diyakini akan mengakibatkan musibah dan menimbulkan malapetaka. Oleh karena itu, Kawalu wajib diikuti oleh seluruh warga Badui.
Namun, upacara suci itu hanya dipusatkan di tiga kampung tangtu atau Badui Dalam dengan tiga Puun di masing-masing kampung, yakni Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana.
Pelaksanaan upacara Kawalu bertempat di bale yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggal puun/pemangku adat. Masyarakat Badui Dalam maupun Badui Luar dapat berkumpul dan memenuhi bale itu.
Dalam pelaksanaan upacara Kawalu ini, setiap kampung dipimpin oleh puun dan dibantu oleh para Jaro Tujuh dan Baresan Palawari sebagai panitia pelaksana.
"Kami sebelum lahir, upacara Kawalu sudah ada," kata Jaro Saija.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait