JAKARTA, iNews.id - Masyarakat Betawi memiliki cara tersendiri untuk melepas jenuh setelah beraktivitas. Kebiasaan itu dilakukan secara turun-temurun dan dikenal sebagai ngerahul.
Aktivis kesenian Betawi, Yahya Andi Saputra dalam tulisannya, Ngerahul Betawi, dikutip Selasa (24/1/2023), menyebut ngerahul berasal dari kata dasar rahul. Artinya, bercakap-cakap untuk menghilangkan kejenuhan setelah beraktivitas.
Biasanya, negerahul dilakukan di pos kamling, warung kopi, hingga balai warga. Pada momen ini, masyarakat Betawi akan saling bercerita baik mencurahkan hati (curhat) maupun ngobrol ngalor-ngidul dengan macam-macam pembawaan.
Setelah puas bercengkerama, para masyarakat yang terlibat akan merasa lega. "Beban di pundak yang menggelayut seolah runtuh berhamburan. Begitulah keperluan warga yang membutuhkan ruang bersantai terpenuhi," tulis Yahya.
Dalam tulisannya, Yahya Andi Saputra menyebut ngerahul bukan saja menjadi pelepas penat, namun juga sebagai wadah silaturahmi masyarakat Betawi. Bahkan, topik yang diobrolkan bisa berkembang ke arah yang lebih serius seperti politik, kebudayaan, hingga kemanusiaan.
Ngerahul, menurut Yahya, merupakan media diskusi yang terbuka bagi segala kalangan. Para peserta yang terlibat tidak akan memandang kelas dan gender satu sama lain dalam berdiskusi.
Mereka pun bebas menyampaikan topik dan argumen saat ngerahul. "Ngerahul bukan forum yang memutuskan sesuatu, melainkan forum untuk membuka wacana dan sudut pandang sehingga kita terus mendapat ilmu baru," tulis Yahya Andi.
Dia mengatakan, para peserta yang terlibat diharapkan membawa hasil pembahasan dan menggunakannya untuk kebaikan di rumah, tempat kerja, atau lingkungan manapun orang itu berada.
Editor : Rizky Agustian
Artikel Terkait