JAKARTA, iNews.id - Desa Dongi-Dongi merupakan satu di antara desa yang berada di pinggiran kawasan Taman Nasional Lore Lindu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Kampung ini masih berstatus desa persiapan yang baru berkembang sejak tahun 2000.
Desa ini menjadi gerbang Poso ke Kota Palu via Kabupaten Sigi, sebuah perkampungan yang menggambarkan wujud kerukunan nusantara dalam balutan kearifan lokal. Dongi-Dongi sekaligus menjadi jalur yang dilewati para pedagang sayur hingga penambang ilegal dengan jarak 5 jam perjalanan dari pusat kota Kabupaten Poso.
Poso dan Dongi-Dongi memang dikaruniai tanah subur serta cuaca sejuk yang menjadikannya sebagai salah satu lumbung buah dan sayur nasional. Bahkan desa ini diproyeksikan menjadi tulang punggung IKN Nusantara.
Tanah Poso pun ternyata dikaruniai kandungan emas yang karena lokasinya di dalam hutan lindung, justru mengundang para penambang ilegal saat masyarakat lebih memilih mempertahankan lestarinya alam.
Desa Dongi-Dongi menjadi tujuan ke-9 Bakti Nusantara. Masyarakat sangat antusias mendapatkan bantuan pembangunan Puskesmas Pembantu Plus oleh Yayasan Tunas Bakti Nusantara. Keberadaan puskesmas ini melengkapi poliklinik desa dan sekolah satu atap sebagai fasilitas peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Kedatangan relawan Yayasan Tunas Bakti Nusantara yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia menjadi pengalaman baru bagi masyarakat, khususnya anak-anak. Banyak di antara mereka yang belum pernah berinteraksi dengan warga di luar Poso dan mengetahui Indonesia benar-benar beragam hingga memberikan anak-anak dan remaja inspirasi tersendiri.
Berinteraksi sebagai Sebuah Keluarga
Dalam perbincangan bersama warga, para relawan justru dianggap sebagai bapak oleh para warga. Ini sebagai gambaran bagaimana masyarakat sangat menghargai kehadiran dan bantuan yang diterima.
Sikap masyarakat yang sangat rendah hati mau menerima para relawan dan bertukar pikiran serta langsung menganggap relawan sebagai keluarga merupakan wujud kearifan lokal. Pengalaman ini jarang ditemui di kalangan relawan.
Di sinilah para relawan banyak belajar tentang kearifan lokal masyarakat, adat, budaya, bahkan kebiasaan yang tidak ditemui di kota-kota besar.
Maka kalau banyak yang bertanya, bahkan meragukan, apakah Indonesia ini benar-benar bisa hidup rukun sebagai sebuah keluarga, mereka harus datang ke Dongi-Dongi di lereng Lore Lindu.
Diketahui, Taman Nasional Lore Lindu mencakup 1,2% luas Pulau Sulawesi dengan luas wilayah membentang mencapai 218 ribu hektare.
Data Unesco pada tahun 2020 mencatat, taman nasional ini sebagai habitat mamalia asli terbesar di Sulawesi seperti Anoa, babirusa, rusa, binatang hantu (tangkasi), kera tonkea atau kuskus marsupial dan binatang pemakan daging terbesar di Sulawesi, musang Sulawesi yang hidup di taman nasional ini.
Lore Lindu juga memiliki paling sedikit 5 (lima) jenis bajing dan 31 dari 38 jenis tikusnya termasuk jenis endemik. Sedikitnya, terdapat pula 55 jenis kelelawar dan lebih dari 230 jenis burung, termasuk maleo, 2 (dua) jenis enggang Sulawesi, yaitu julang Sulawesi dan kengkareng Sulawesi.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait