JAKARTA, iNews.id – Kabar hoaks adanya tsunami dan gempa lebih besar pascagempa Magnitudo 6,2 di Sulawesi Barat (Sulbar) membuat warga korban gempa di Kabupaten Mamuju dan Majene trauma. Mereka enggan kembali ke rumah dan memilih berada di pengungsian meski kondisi rumahnya tidak rusak.
Karo Ops Polda Sulbar, Kombes Pol Muhammad Helmi mengatakan,dengan banyaknya berita-berita yang menyebutkan kemungkinan adanya tsunami, masyarakat di Mamuju dan Majene merasa khawatir untuk kembali ke rumah mereka masing-masing, sehingga banyak di antara mereka masih mengungsi di sejumlah posko pengungsian.
"Dari pengungsi-pengungsi yang ada itu kebanyakan mereka bukan karena kondisi rumahnya rusak berat, tapi karena dibayangi kekhawatiran adanya tsunami, ada gempa dengan kekuatan lebih yang akan menimbulkan tsunami," katanya dalam konferensi pers virtual BNPB langsung dari Mamuju, Sulbar, Senin (18/1/2021).
Menurut Helmi, jumlah pengungsi korban gempa Sulbar semestinya tidak sebanyak seperti yang ada saat ini.
"Seharusnya tidak sebanyak ini (pengungsinya). Sebetulnya yang memang bisa mengungsi adalah orang-orang yang rumahnya hancur total, rusak berat atau sedang. Yang rusak ringan atau mungkin masih utuh sebetulnya mereka tidak perlu menjadi pengungsi," kata dia.
Helmi mengakui, kabar hoaks tentang kemungkinan terjadinya tsunami setelah gempa membuat upaya pemulihan kehidupan dan aktivitas ekonomi masyarakat pascagempa di Majene dan Mamuju terkendala.
"Dengan adanya kejadian (gempa) yang berturut-turut, muncul analisa-analisa di televisi, yang berkembang menjadi hoaks, menyebabkan masyarakat Mamuju dan Majene banyak terpengaruh dengan info tersebut. Ini kemudian yang memperlambat pemulihan normalisasi kehidupan masyarakat Sulbar," kata Kombes Helmi.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait