Dia pun ikut terjun untuk berkampanye. "Saat Pilkada saya berijtihad, memilih paslon, meminta komitmen dan mendukung. Saya tidak berpikir menang atau kalah. Karena Allah hanya menilai perjuangan, bukan hasilnya," ujar UAS.
Baginya, menang yang hakiki adalah berhasil melawan segala godaan duniawi. "Saya sudah menang sebelum pencoblosan, karena saya menang melawan godaan uang, mobil dan jabatan. Saya menang melawan diam cari selamat. Saya menang melawan pesan-pesan dari jkt (Jakarta). Uas jangan berpihak!'. Begini cara saya melawan," kata pendakwah kondang kelahiran Kabupaten Asahan, Sumatra Utara itu.
Doktor ilmu hadis jebolan Sudan itu pun mengakui atas dukungan terhadap beberapa calon yang dianggap bisa mewakili rakyat banyak mendapat hinaan. Namun UAS mengaku ikhlas menerimanya.
"Di-bully, dihina, dicaci maki di medsos itu menyadarkan diri saya bahwa saya bukan siapa-siapa. Kalau terus dimuliakan, disanjung, lama-lama saya bisa jadi Fir'aun," ucap UAS.
Diketahui, warganet atau netizen ramai-ramai meledek dan mengkritik UAS lantaran mendukung calon di Pilkada 2020.
Pantauan di media sosial Twitter, kata “Somad” menjadi trending topic pada Kamis (10/12/2020). Lebih dari 5.000 cuitan mengandung kata Somad menyebar dari pagi hingga siang ini.
Tak sedikit pula warganet yang mengunggah gambar UAS ketika mendoakan Prabowo Subianto. Untuk diketahui pada Pilpres 2019, penceramah alumnus Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir itu sempat bertemu Prabowo dan mendoakan agar terpilih.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait