Ada pula pos-pos yang masih memiliki kendala sumber air, yakni Pos Kalan, Pos Napan, Pos Oelbinose, Pos Naekake, Pos Haslot, Pos Fatuha dan Pos Ailala.
Ada beberapa pos yang tidak memiliki sumber air, belum adanya mesin pompa air, maupun sudah menggunakan pipa, tetapi kondisi pipa sering rusak akibat terlindas kendaraan ataupun hewan ternak.
Karena itu, pos-pos melaksanakan upaya dengan mengambil air bersih secara manual di tempat sumber air terdekat di dekat pos ataupun membeli air bersih.
Danpos Ailala Letda Arm Ananda mengungkapkan, kondisi kesulitan air di Pos Ailala sudah terjadi sejak pos ini dibangun, tetapi tidak menjadi kendala bagi prajurit untuk beraktivitas.
"Kami dapat mengambil air dari sumber air yang dekat, kurang lebih jarak 500 meter dari pos, sehingga kondisi kekurangan air tidak menjadikan alasan bagi kami untuk berbuat yang terbaik bagi daerah ini," kata Letda Arm Ananda.
Banyak Sukanya
Komandan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY Letnan Kolonel Inf Bayu Sigit Dwi Untoro mengatakan lebih banyak sukanya ketimbang dukanya selama menjalankan tugas sebagai penjaga keamanan di wilayah perbatasan negara RI-RDTL.
"Sebenarnya lebih banyak sukanya daripada dukanya sih, selama bertugas di garis depan. Kalau sukanya kami merasa benar–benar menjadi seorang tentara yaitu dengan kami menjalankan tugas," katanya.
Di sinilah sebenarnya tugas pokok seorang prajurit TNI dalam menjaga NKRI tetap berdiri tegak, kokoh, NKRI harga mati. Di sinilah tugas kami sebenarnya, katanya lagi.
"Ini kebanggaan kami dan sukanya kami. Kemudian kami banyak mengembangkan segala inovasi yang tadinya kami tidak tahu bagaimana cara kami berkomunikasi dengan masyarakat, dan bagaimana kami yang bukan sedarah tapi kami bisa diterima. Di sini pola pikir kami akan berkembang," katanya.
Menurut dia, setelah diterima oleh masyarakat dan melihat kondisi kehidupan masyarakat, setiap prajurit mulai merasa tergerak untuk berpikir apa yang harus dilakukan untuk membantu masyarakat.
"Jadi setelah kami mencoba mendekat, kami menyelami ternyata ada beberapa hal yang bagaimana ini kami harus membantu mereka. Ini yang mungkin sukanya kami. Jadi pola pikir kami berkembang," katanya.
Karena itu, apabila mampu untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat, itu merupakan hal yang paling sangat luar biasa bagi seorang prajurit.
Kalau dukanya memang terutama pandemi Covid-19 ini, karena harus meninggalkan keluarga dan tidak boleh kembali selama bertugas, kecuali istri atau anak mengalami sakit keras.
"Saya sendiri mengalami satu keluarga positif Covid-19, bahkan yang membantu di rumah meninggal dunia. Itu dukanya karena kami tidak bisa menjenguk, kami tidak bisa melihat, kami tidak bisa menjaga," ucapnya.
Kemudian ada beberapa prajuritnya yang kehilangan orang tua karena pandemi Covid-19. Namun, dia melihat semangat morilnya seluruh anggota sampai dengan hari ini, sepertinya tidak punya duka. Mereka dengan senang dan semangat tetap melakukan kegiatan-kegiatan patroli maupun kegiatan sosial kemasyarakatan.
Contohnya mereka melakukan kegiatan operasi untuk menangkap kegiatan ilegal, dan di akhir masa purna tugas ini mereka masih mau patroli mengecek lagi patok jangan sampai nanti serah terima tidak sesuai dengan kenyataannya.
Selain kegiatan anjangsana, masih banyak lagi yang dilakukan oleh para prajurit di perbatasan RI-RDTL.
"Dari situ saya melihat bahwa prajurit saya ternyata masih semangat. Jadi kalau melihat dukanya sebenarnya sangat sedikit," kata Kolonel Inf Bayu Sigit Dwi Untoro.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait