Di sisi lain Banten begitu mempersiapkan dirinya untuk menyerang Pajajaran, pasukan sudah dilatih sedemikian rupa untuk menghadapi serangan sewaktu-waktu.
Bahkan serangan Banten ke ibu kota Pakuan benar-benar dilakukan. Tetapi kuatnya benteng pertahanan Pajajaran yang dibangun sejak Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi membuat pasukan Banten kembali dan mundur.
Tetapi serangan itu menyisakan duka bagi Kerajaan Pajajaran yang saat itu dipimpin oleh Ratu Dewata, pasca raja Surawisesa mangkat. Sebab dua punggawa terkenal dan disegani di Pajajaran yakni Tohaan Ratu Sarendet dan Tohaan Ratu Sangiang gugur di medan peperangan.
Perlahan tapi pasti, dukungan kerajaan kecil di bawah kekuasaan Pajajaran mulai hilang. Hal ini menjadi kesempatan lagi bagi Banten untuk kembali menyerang Pakuan.
Apalagi ini diperkuat saat raja sudah dihiraukan lagi oleh masyarakat sebab tidak ada kepedulian dalam menyejahterakan rakyatnya.
Catatan sejarah menuliskan ada tiga kali gelombang serangan Banten ke Pakuan, ibu kota Pajajaran. Serangan ini dilakukan saat masa pemerintahan Ratu Dewata, atau setelah Surawisesa lengser.
Diperkirakan dari catatan sejarah serangan ini terjadi sekitar 1535 Masehi hingga 1543 Masehi yang membuat dua punggawa kerajaan gugur.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait