MATARAM, iNews.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Mataram mencatat jumlah gempa bumi yang mengguncang Nusa Tenggara Barat (NTB) periode Januari hingga Juni 2018 mencapai 459 kejadian.
"Jumlah gempa bumi tersebut belum termasuk yang terjadi pada Minggu (29/7/) sebanyak 203 kejadian hingga pukul 22.20 WITA," kata Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto, Minggu (29/7/2018).
Menurut Agus, ada tren peningkatan jumlah kejadian gempa bumi di NTB. Pada 2016 terjadi lebih dari 800 kejadian, kemudian pada 2017 meningkat menjadi 1.018 kejadian gempa. Gempa bumi yang terjadi di NTB sepanjang semester I/2018 berkekuatan 3-5 pada Skala Richter (SR). Gempa itu ada yang terjadi di darat maupun di laut.
Dia mengungkapkan, aktivitas pemantauan gempa setiap saat dilakukan. Namun kejadian gempa tidak bisa diprediksi dan bisa terjadi kapan saja tanpa mengenal waktu. "Hingga saat ini gempa bumi belum dapat diprediksi oleh siapa pun. Jika ada info yang mengatakan akan ada gempa pada waktu mendatang bisa kami pastikan itu berita bohong (hoaks)," ujar Agus.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, NTB termasuk daerah rawan gempa bumi. Hal itu karena terdapat dua sumber utama pembangkit gempa bumi di sebelah selatan yakni zona subduksi (zona penunjaman) Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Sementara di sebelah utara terdapat zona sesar naik busur belakang Flores (Flores back arc trust).
Dia melanjutkan, gempa bumi yang sering terjadi di NTB juga disebabkan adanya patahan aktif. "Gempa bumi berkekuatan 6,4 SR yang terjadi di Lombok hari ini (kemarin), juga akibat patahan aktif sesar Naik Flores," ujarnya.
Diketahui, Korban meninggal akibat gempa bumi di Lombok, NTB bertambah. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB menerima laporan 16 orang meninggal dunia. Kepala BPBD Mohammad Rum menuturkan, data ini diperoleh berdasarkan perkembangan situasi lapangan Minggu (29/7/2018) hingga pukul 20.00 Wita.
Dia menjelaskan, korban meninggal dunia di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, sebanyak sembilan orang, yakni Papuk Bambang (60), Zahra (3), Adiatul Aini (27), Herniati 35), Firdaus (7), Mapatul Akherah (7), Baiq Nila Wati (19), Herli (9), dan Fatmirani (27). Sedangkan di Kecamatan Sembalun, atas nama Inak Marah (80).
Sementara korban meninggal dunia di Kabupaten Lombok Utara, sebanyak empat orang, yakni Juniarto (8), Rusdin (34), Sandi (20), dan Nutranep (13). Selain itu terdapat dua wisatawan meninggal dunia, yakni Siti Nur Ismawida (30), warga Malaysia yang meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan tembok rumah warga Sembalun tempatnya menginap, dan Muhammad Ainul Muksin, asal Makassar, Sulawesi Selatan, yang tewas tertimpa material longsor di jalur pendakian Gunung Rinjani.
Gempa juga menyebabkan lima orang mengalami luka berat, dan 41 korban luka ringan di Kabupaten Lombok Utara. Selain itu, BPBD NTB juga menerima laporan sementara jumlah korban luka berat dan ringan di Kecamatan Sambelia, yang dirawat di lapangan Obel-Obel sebanyak 51 orang, Puskesmas Belanting 62 orang, dan Puskesmas Sambelia sembilan orang. Sedangkan di Kecamatan Sembalun, sebanyak 29 orang.
Untuk jumlah rumah yang rusak di Kabupaten Lombok Timur mencapai lebih dari 1.000 unit, baik rusak berat, sedang dan ringan. Sementara di Kabupaten Lombok Utara, sebanyak 41 rumah rusak berat, 74 rusak sedang, dan 148 rusak ringan.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait