Perajin Sangkar Burung di Lebak Kebanjiran Pesanan
LEBAK, iNews.id - Perajin sangkar burung dari bambu kebanjiran pesanan di tengah pandemi Covid-19. Aktivitas ini pun dapat meningkatkan pendapatan ekonomi jelang Lebaran.
"Kami memproduksi sangkar burung itu sebanyak dua buah per hari dengan penghasilan Rp200.000," kata Indra (50) seorang perajin warga Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, Jumat (30/4/2021).
Produksi sangkar bambu itu kebanyakan dari lokal sekitar Cibadak, Rangkasbitung dan sekitarnya. Mereka pesanan itu para pemilik burung untuk mengganti sangkar burung yang sudah rusak.
Pesanan sangkar burung dari bambu itu banyak yang datang ke sini, karena harganya dinilai paling murah sekitar Rp100.000 per buahnya.
"Kami memproduksi sangkar burung itu sudah 15 tahun dan sebelumnya memasok ke wilayah Serang dengan jumlah cukup banyak per dua pekan," katanya.
Dia saat ini kewalahan melayani pesanan sangkar burung dan setiap harinya bisa menjual sebanyak dua buah. Dia memproduksi kerajinan sangkar burung hanya seorang diri.
Kerajinan sangkar burung dari bambu itu bahan bakunya melimpah dan biaya produksi rata-rata Rp30.000 per buahnya.
"Kami menjual sangkar burung seharga Rp100.000 per buah maka meraup keuntungan Rp70.000 per buahnya," katanya.
Begitu juga Ali (45) seorang perajin sangkar burung mengaku bahwa dirinya kini bisa menjual antara dua sampai tiga buah dengan penghasilan sekitar Rp200.000-Rp250.000 per hari.
Selama ini, kata dia, permintaan sangkar burung meningkat sehubungan banyak kontes-kontes burung kicau di Kabupaten Lebak.
"Kami sangat terbantu ekonomi keluarga dengan memproduksi kerajinan sangkar burung dari bambu itu," katanya.
Sementara itu, Yasin, pelaksana Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak mengatakan, pihaknya mendorong semua pelaku kerajinan sangkar burung dapat mengakses Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM).
"Kami minta perajin itu melengkapi biodata dan masukan data melalui kantor desa setempat untuk diunggah ke Kementerian Koperasi dan UKM untuk mendapat bantuan modal usaha itu," katanya.
Editor: Nani Suherni