Pemkot Tanjungpinang Tertibkan Badut Lampu Merah, Ini Alasannya

TANJUNGPINANG, iNews.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Tanjungpinang, Kepulauan Riau, tertibkan badut yang berada di lampu merah. Namun, langkah itu ternuata menimbulkan polemik bagi warganya.
Wali Kota Tanjungpinang, Rahma mengatakan, penertiban yang dilakukan ini didasari pertimbangan aspek keselamatan bagi warga yang mengenakan kostum badut.
"Memang pro dan kontra, cuma kami ingin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan saat di lampu merah," kata Rahma, Senin (8/2/2021).
Rahma menambahkan, pemerintah tidak melarang badut-badut itu mencari nafkah. Namun, alangkah lebih baik jika dilakukan di tempat-tempat keramaian yang lebih aman dan layak.
"Kalau di lampu merah berbahaya, kita juga tidak tahu ada yang merasa terganggu atau tidak. Jadi dilakukanlah penertiban itu," kata dia.
Rahma melanjutkan, tidak hanya badut saja yang ditertibkan. Di beberapa lampu merah juga dilakukan penertiban pengamen jalanan.
Dia memahami badut dan pengamen tersebut berusaha bertahan dan menafkahi keluarga dengan cara seperti itu, apalagi saat ini kondisi ekonomi serba sulit imbas pandemi Covid-19.
Mereka mengenakan aneka kostum mirip tokoh kartun mulai dari mickey mouse hingga doraemon dengan tujuan menghibur sembari berharap uang receh dari pengguna jalan raya saat pemberhentian di lampu merah.
"Kami khawatir jika terjadi apa-apa siapa yang bertanggung jawab, semoga masyarakat Tanjungpinang dapat memahaminya sehingga tidak lagi berkembang komentar miring yang ditujukan atas tindakan Pemkot Tanjungpinang," katanya..
Sementara itu, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tanjungpinang Ahmad Yani mengatakan, penertiban badut itu juga ada Perda yang mengatur tentang ketertiban umum.
Pihaknya tidak melarang mereka berusaha asalkan ditempat yang benar. Menurutnya penertiban badut ini tidak hanya di Tanjungpinang tetapi juga di beberapa daerah di Indonesia, seperti Probolinggo, Bandung, Tulungagung, Banjarmasin, Bantul, Batam, Tasikmalaya hingga Bengkulu.
Dari sembilan orang badut yang ditertibkan, hanya satu orang saja yang memang asal Tanjungpinang, sisanya dari luar daerah tersebut.
"Secara nurani kita juga prihatin, akan tetapi kami menjalankan tugas untuk melaksanakan aduan masyarakat yang meminta untuk ditertibkan karena ada sebagian yang berpikir posisi mereka membahayakan untuk mereka sendri," kata Yani.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto