Larantuka, Kerajaan Kristen Pertama di Indonesia Penghasil Rempah-rempah dan Kayu Cendana
JAKARTA, iNews.id - Larantuka merupakan kerajaan Kristen pertama di Indonesia. Letaknya berada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kerajaan ini menjadi kerajaan besar di masanya. Dalam Kakawin Negarakretagama karya Empu Prapanca, Kerajaan Larantuka dideskripsikan sebagai kerajaan penghasil rempah-rempah.
Buku "Tafsir Sejarah Negarakretagama" dari Prof. Slamet Muljana menyebutkan, Larantuka digambarkan sebagai Galiyao. Kerajaan ini disebut sebagai penghasil utama kayu cendana dan berbagai rempah-rempah lainnya.
Tak heran bila kekayaan alam yang dimiliki membuat wilayah Kerajaan Larantuka menjadi daerah tujuan bangsa Eropa mencari sumber daya rempah-rempah. Salah satu bangsa Eropa yang tiba lebih awal di sini adalah Portugis.
Disebutkan, hubungan baik Kerajaan Larantuka dengan Portugis sudah terjalin sejak abad 16. Tak hanya Portugis, beberapa kerajaan lain juga menjalin hubungan dengan Kerajaan Larantuka.
Pengaruh Majapahit sempat membuat ajaran Hindu berkembang di Kerajaan Larantuka, sebelum menjelma menjadi kerajaan Kristen pertama di Indonesia kala itu.
Diolah dari berbagai sumber, ada perbedaan mendasar antara Larantuka dengan mayoritas kerajaan lain di Nusantara. Jika alur riwayat kerajaan lainnya, termasuk beberapa kerajaan di kawasan Timur, pernah memasuki fase Islam, Larantuka nyaris tidak mengalami tahap tersebut.
Larantuka bermula dari kerajaan lokal, kemudian sempat menganut Hindu karena pengaruh Majapahit. Larantuka kemudian berkembang menjadi kerajaan Kristen pertama di Indonesia, bahkan mungkin satu-satunya. Hal ini dipengaruhi bangsa Portugis yang membawa ajaran Kristen ke Larantuka pada abad ke-16.
Sebelum tahun 1600, pedagang Portugis meninggalkan Solor dan menetap di Larantuka. Para pedagang terlibat dalam konflik dengan Dominikan di Solor, karena mereka lebih tertarik dalam perdagangan daripada kristenisasi.
Semula, Portugis hanya singgah ke Larantuka untuk transit dalam pelayaran dari Malaka menuju pusat rempah-rempah di Maluku. Ternyata, di Larantuka banyak terdapat komoditi yang laku dijual di Eropa, salah satunya adalah cendana.
Maka, Portugis membangun koloni di kawasan ini, sekaligus untuk menyebarkan agama Katolik. Alhasil Kerajaan Larantuka dan Portugis memiliki hubungan baik di antara keduanya.
Kedudukan Larantuka kian kuat ketika Solor diduduki Belanda pada tahun 1613. Alhasil para pedagang itu berpindah ke Larantuka dan menjadikan wilayah itu stasiun perdagangan kayu cendana dari Timor.
Larantuka juga disulap menjadi pusat perdagangan Portugis di wilayah Indonesia tenggara. Selain itu, Larantuka turut dijadikan tempat pengungsian untuk desertir dari Dutch East India Company (VOC).
Interaksi dengan Portugis membuat Kerajaan Larantuka juga dipengaruhi secara agama. Agama Katolik kian masif berkembang di Larantuka hingga menjadikannya kerajaan kristen pertama di Indonesia.
Berdasarkan catatan sejarah pada tahun 1606, jumlah umat Katolik di kepulauan itu sudah mencapai 50 ribu orang. Tidak sulit bagi Portugis untuk mengambil hati orang-orang Larantuka, termasuk para pembesar kerajaannya.
Raja-raja yang memerintah di Larantuka pun menyandang gelar bernuansa Portugis. Mereka dibaptis menggunakan nama Katolik dan memakai marga Diaz Viera de Godinho (DVG) beserta gelar Don, di samping gelar atau nama asli. Raja Katolik-Portugis pertama di Larantuka adalah Ola Adobala bergelar Don Francisco DVG.
Selama bertahun-tahun Kerajaan Larantuka menjadi salah satu pusat perdagangan kayu cendana yang dicari bangsa-bangsa Eropa. Namun lambat laun sumber daya alam itu akhirnya tercium oleh Belanda. Hal ini membuat Belanda bertekad menguasai Larantuka.
Salah satu hal yang membuat Belanda berambisi menguasai Larantuka karena faktor kayu cendana yang melimpah di wilayah kekuasaan Kerajaan Larantuka. Hal inilah yang membuat Belanda menyerang Portugis.
Seketika itu pula Larantuka jatuh ke tangan Belanda. Namun, kehadiran Belanda merusak segalanya.
Belanda yang berambisi merebut dominasi perdagangan kayu cendana menyerang Portugis. Di sisi lain, Belanda justru semakin berpengaruh di kawasan Timor bagian barat.
Belanda dengan posisi yang menguat mulai melakukan penaklukan menuju timur. Ende dikuasai pada 1838, dan setahun berikutnya, giliran Larantuka yang diserang. Saat itu, Belanda telah beralih-rupa dari VOC menjadi pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Jatuhnya Larantuka ke tangan Belanda juga membuat status kerajaan pun dihapus. Riwayat Larantuka sebagai kerajaan tamat, berganti menjadi wilayah koloni Hindia Belanda.
Semasa Belanda menyerah dari Jepang pada 1942, Larantuka akhirnya menjadi wilayah kekuasaan Jepang. ketika Jepang kalah dari bangsa Indonesia menjadikan Larantuka yang tidak lagi berstatuskan kerajaan memutuskan bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan pusat pemerintahan di Kabupaten Flores Timur, NTT.
Editor: Rizky Agustian