Habitat Rusak Dinilai jadi Penyebab Buaya Bermigrasi ke Permukiman
KOTAWARINGIN TIMUR, iNews.id - Rusaknya habitat buaya dan berkurangnya sumber makanan diduga menjadi penyebab banyaknya buaya yang bermigrasi ke perairan Sungai Mentaya wilayah selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Padahal di wilayah tersebut banyak warga yang tinggal di bantaran sungai.
Dari waktu ke waktu, warga Kabupaten Kotawaringin Timur yang menjadi korban serangan buaya, terus saja bertambah. Hal ini menimbukan suasana teror bagi warga yang tinggal di bantaran Sungai Mentaya khususnya di wilayah selatan.
Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Pos Sampit, dalam beberapa tahun terakhir, tidak kurang dari 17 kasus serangan buaya kepada manusia terjadi. Tujuh orang di antaranya meninggal dunia. Bahkan ada yang jasadnya belum ditemukan hingga saat ini.
Sepanjang 2018 ini saja, tiga warga menjadi korban serangan buaya. Di antaranya yakni Jumiati (39), warga Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, yang diserang buaya saat mencuci pakaian di pinggir sungai. Kemudian disusul warga Desa Ganepo lainnya bernama Yafqahu Kauli (17), yang saat itu tengah mandi di lanting depan rumahnya di pinggir sungai.
Dan yang terakhir pada Sabtu (14/7/2018) kemarin, buaya menyerang warga Desa Penyanguan, Kecamatan Pulau Hanaut, bernama Tasmin (55). Korban nyaris tewas diserang seekor buaya saat mencuci muka di sungai dekat rumahnya.
Beberapa faktor disebut-sebut menjadi penyebab buaya bermigrasi ke daerah selatan atau hilir Sungai Mentaya. Di antaranya yakni rusaknya habitat asli buaya hingga menetap di sekitar permukiman warga.
Kerusakan habitat terjadi akibatnya maraknya aktivitas pembukaan lahan perkebunan sawit maupun pertambangan. Itu membuat kehidupan buaya di tempat penghasil sumber makanan mereka terganggu.
“Dari data awal yang kami kumpulkan, penyebab buaya-buaya ini menjadi ganas yakni karena ekosistem dan tempat tinggal buaya di tepi sungai telah rusak. Ini berpengaruh pada sumber pakannya,” ucap Komandan BKSDA Pos Sampit, Muriansyah, Rabu (18/7/2018).
Menurutnya, pihaknya saat ini telah berupaya menangkap buaya-buaya liar tersebut dengan cara dipancing. “Tapi sampai hari ini belum ada hasilnya,” kata Muriansyah.
Pihak BKSDA pun menyiapkan solusi untuk masalah tersebut. Yakni dengan menyiapkan tempat khusus untuk tempat tinggal buaya. Hal ini dianggap perlu, karena populasi buaya di wilayah selatan terus bertambah.
Editor: Himas Puspito Putra