get app
inews
Aa Text
Read Next : Gempa Hari Ini di Poso Kedalaman 5 Km, Cek Magnitudonya!

Guru Terbatas, Polisi Ini Jadi Pengajar Sukarela di Pelosok Poso

Rabu, 02 Mei 2018 - 10:34:00 WIB
Guru Terbatas, Polisi Ini Jadi Pengajar Sukarela di Pelosok Poso
Bripka Hans Lapanda saat mengajar di SMP Satu Atap Bulili. (Foto: iNews/Yoanes Litha)

POSO, iNews.id – Sejumlah sekolah di pelosok Sulawesi Tengah, termasuk Kabupaten Poso, masih kekurangan tenaga pengajar untuk berbagai bidang studi. Kondisi ini ternyata mengusik seorang anggota Polri. Sejak 2017, dia menawarkan diri menjadi guru sukarela untuk bidang studi bahasa Inggris di SD danS MP Negeri Satu Atap Desa Bulili.

SD dan SMP Negeri Satu Atap Desa Bulili, Kecamatan Lore Selatan, berada sekitar 100 kilometer (km) dari ibu kota Kabupaten Poso. Di sinilah, anggota Polri dari Kepolisian Sektor (Polsek) Lore Selatan, Kabupaten Poso, menjadi pengajar Bahasa Inggris untuk siswa kelas 7, 8, dan 9.

Polisi bernama Bripka Hans Lapanda ini mendapat jatah mengajar hingga lima kali dalam sepekan. Sebelum mengajar, dia lebih dulu ikut apel pagi di Polsek Lore Selatan. Aktivitas menjadi guru bahasa Inggris dilakoni kanit binmas di Polsek Lore Selatan sejak Juli 2017.

Kondisi ketiadaan guru di SD dan SMP Satu Atap Desa Bulili, khususnya untuk bahasa Inggris, membuatnya merasa terpanggil untuk menjadi pengajar secara sukarela. Apalagi bahasa Inggris salah satu bidang studi yang diujikan di ujian nasional (UN) untuk penentuan kelulusan siswa-siswi.

Bripka Hans Lapanda mengungkapkan, saat datang ke sekolah itu, dia mendengar keluhan dari kepala sekolah mengenai kondisi tenaga pengajar yang masih sangat kurang. Jiwanya merasa terpanggil untuk membantu. Tanpa berpikir lama, Bripka Hans Lapanda yang pernah mendapat pendidikan bahasa Inggris di Sekolah Bahasa Inggris Polri, Cipinang ini, mengajukan diri untuk menjadi guru bahasa Inggris.

“Saya pikir apa salahnya. Saya punya sedikit ilmu bahasa Inggris yang harus saya bagikan kepada adik-adik,” kata Hans Lapadan, Senin (30/4/2018).

Hans mengatakan, dia tidak punya motivasi lain selain untuk membantu dan membagikan ilmu bahasa Inggris kepada para siswa. “Motivasi saya datang ke sini bukan untuk mencari sampingan. Saya datang dengan harapan bisa membagikan ilmu. Saya juga bisa terus me-refresh memori otak. Ada kepuasan tersendiri ketika ilmu yang kita punya bisa dibagikan kepada adik-adik siswa di sini,” papar Hans yang pernah bertugas di Polda Gorontalo untuk pengawasan orang asing.

Kehadiran Hans menjadi pengajar bahasa Inggris di sekolah itu sangat membantu para siswa. Menurut para siswa, awalnya mereka merasa gugup karena karena diajar oleh guru berpakaian polisi. Namun, lama-kelamaan, rasa itu hilang. Mereka pun bisa mengikuti pelajaran bahasa Inggris dengan baik.

“Waktu pertama ketemu sih gugup, tapi setelah lama tidak lagi. Kami gugup mungkin karena gurunya polisi,” kata siswi kelas 8,SMP Satu Atap Desa Bulili, Efil Manna Taula.

Selain Hans Lapanda, di SD dan SMP Satu Atap Bulili terdapat setidaknya enam guru sukarela yang bekerja menjadi guru tanpa mendapatkan imbalan apapun. Mereka selama ini tampaknya cukup puas mendapat ucapan terima kasih dari pihak sekolah.

Wakil Kepala Sekolah SD-SMP Satu Atap Bulili, Feri Ratowo mengatakan, dalam lima tahun ini, sekolah tersebut tidak memiliki guru definitif atau berstatus pegawai negeri sipil (PNS) untuk berbagai bidang studi seperti Matematika, Bahasa Indonesia, PKN, Biologi, dan Bahasa Inggris. Di Hari Pendidikan Nasional 2 Mei ini, dia berharap akan ada kepedulian dari pemerintah untuk membantu mengisi kekurangan guru di sekolah itu.

“Jadi harapan kami dari SD dan SMP Satu Atap Bulili, yang pertama memohon bantuan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat supaya bisa melengkapi tenaga guru yang definitif. Kemudian yang lain soal kelengkapan fasilitas,” kata Feri Ratowo.


Kekurangan Guru sejak 2015

Data Dinas Pendidikan Kabupaten Poso, kabupaten itu sudah sejak 2016 telah mengalami kekurangan guru definitif untuk berbagai bidang studi. Jumlah guru yang kurang untuk jenjang SD hingga SMP mencapai 785 orang. Rinciannya, SD kekurangan 374 guru dan SMP 411 guru.

Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Dinas Pendidikan Kabupaten Poso Sujaminto Suryanto mengatakan, kekurangan guru ini terjadi karena sejak tahun 2015 tidak ada pengangkatan PNS guru, menyusul moratorium penerimaan CPNS sejak 2015. “Padahal setiap tiga bulan, rata-rata ada 10 hingga 15 guru yang memasuki masa pensiun. Hitung saja berapa yang pensiun sejak 2015 sampai sekarang,” kata Sujaminto.

Di Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2018 ini, para guru dan siswa, terutama di pelosok Kabupaten Poso, berharap agar pemerintah pusat menambah guru definitif di Poso. Kekosongan guru-guru bidang studi ini perlu diisi demi kemajuan pendidikan di wilayah tersebut.

Editor: Maria Christina

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut