SIKKA, iNews.id – Aksi demonstrasi menolak kenaikan harga BBM bersubsidi yang digelar sejumlah elemen mahasiswa di kantor DPRD Sikka, NTT diwarnai kericuhan, Selasa (6/9/2022). Massa yang tergabung Cipayung Plus ini terlibat aksi saling dorong dengan polisi.
Dalam aksinya, massa membawa spanduk di antaranya bertuliskan “BBM Naik Rakyat Menjerit'. Mereka juga membakar ban di jalan depan kantor DPRD.

Demo Tolak Kenaikan BBM di Bone Diwarnai Aksi Saling Dorong Antara Mahasiswa dengan Polisi
Massa kemudian mendesak masuk ke dalam gedung DPRD untuk beraudiensi dengan para wakil rakyat. Namun, niat mereka diadang petugas hingga aksi saling dorong pun tak terelakkan.
"Tdi kami ada 6 orang perwakilan yang menyampaikan poin tuntutan kami. Menurut kami DPRD cengeng (karena diinterupsi)," kata seorang pendemo.

Provokasi saat Demo BBM Naik, 7 Mahasiswa dan 1 Siswa SMK di Bengkulu Ditangkap
Ketua Presidium PMKRI Cabang Maumere, Kris Sologus Dami mengatakan, demonstrasi yang dilakukan bersama HMI Sikka dan GMNI Sikka itu secara tegas menolak kebijakan kenaikan BBM bersubsidi.
"Aksi kami merupakan aksi serentak merespon kenaikan BBM bersubsidi, tapi malah kami ditabrakkan dengan kepolisian. Dampak kenaikan BBM bersubsidi yang paling terdampak adalah masyarakat bawah," katanya.
Menurut dia, kenaikan BBM bersubsidi merupakan kebijakan yang tidak populis di tengah ekonomi masyarakat yang masih sulit.
Pemberian BLT sebesar Rp600.000 sebagai dampak kenaikan tarif BBM bersubsidi, kata Kris, bukan merupakan solusi yang tepat. Sehingga, pihaknya menuntut tidak boleh dilakukan kenaikan tarif BBM bersubsidi.
"Bantuan hanya akan mengakibatkan ketergantungan, apalagi hanya beberapa bulan. Kami secara tegas menuntut cabut kebijakan kenaikan tarif BBM," ungkapnya.
Kris menjelaskan, awalnya demonstrasi berjalan dengan baik dan mahasiswa diterima oleh pihak DPRD Sikka. Namun demikian, audiensi bersama perwakilan DPRD dinilai tidak demokratis karena Wakil Ketua DPRD Sikka, Yoseph Karmianto Eri.
Menurutnya, poin perjuangan mahasiswa menolak kebijakan kenaikan tarif BBM bersubsidi tidak dibahas secara mendalam, tapi malah mempersoalkan hal teknis organisasi.
"Kami kecewa karena polisi pun tidak paham, kami bukan melakukan aksi anarkis," katanya.
Anggota Fraksi PKB DPRD Sikka, Simon Subandi mengaku akan menerima tuntutan mahasiswa dan akan melanjutkan ke pemerintah pusat.
"Nanti malam atau besok serahkan pernyataan sikap. Akan kami teruskan aspirasi ke DPR dan presiden. Uraikan semua tuntutan, kami akan sampikan dalam sidang paripurna. Silahkan kembali buat surat untuk kamu tanda tangan," katanya.
Diakuinya, dalam hari itu tidak semua anggota DPRD Sikka berkantor karena tidak ada agenda sidang, serta tidak mengetahui kedatangan para mahasiswa yang ingin melakukan demonstrasi.
Editor: Kastolani Marzuki













