Cerita Perjuangan Maria Adella, Anak Babinsa Kupang yang Memiliki Keterbatasan Satu Kaki
JAKARTA, iNews.id - Maria Adella memiliki keterbatasan sebagai seorang difabel dengan satu kaki. Namun kondisi itu tak membuatnya kecil hati.
Perjuangan berat dilalui perempuan kelahiran Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini hingga menjadi salah satu atlet disabilitas di cabang olah raga atletik.
Perjuangan perempuan yang disapa Della ini tak terlepas dari kegigihan ayahnya, Serda Aleixo Maia yang bertugas sebagai Babinsa di Kupang.

Aleixo menceritakan, Della adalah anak keduanya. Dia lahir dalam keadaan normal. "Waktu lahir itu semuanya lengkap, tidak kurang apa-apa," katanya dikutip dari channel YouTube TNI AD, Selasa (18/1/2022).
Namun suatu hari hal buruk menimpa Della. Anak keduanya itu sakit panas tinggi. Saat itu tak mudah untuk mencari fasilitas kesehatan sehingga dia memilih datang ke pengobatan alternatif.
Namun setelah diobati tak ada kemajuan. Kondisi Della makin memburuk keesokan harinya. Dia akhirnya membawa Della ke dokter.
Saat itu kondisi Della terus memburuk. Dokter mengatakan satu-satunya yang bisa dilakukan adalah menyelamatkan nyawanya. Namun, dokter mengatakan harus mengamputasi kaki Della.
"Kami harus ambil tindakan amputasi karena sudah hancur kakinya. Satu-satunya jalan selamatkan nyawa yaitu amputasi," ujar Aleixo.
Setelah amputasi selesai, dia mengaku baru bisa tenang. Nyawa anaknya terselamatkan.
Setelah itu Della hidup dengan satu kaki. Aleixo pun menguatkan hati anaknya agar tak berkecil hati dengan kondisi baru yang hanya memiliki satu kaki.
Suatu hari, Aleixo membawa Della ke Denpasar, Bali. Saat itu momen ulang tahun TNI. Di situlah Della mendapat kaki palsu. "Waktu itu yang minta ibu pangdam," ujarnya.
Namun seiring perkembangan tubuh dan usia, kaki palsu itu tak lagi digunakan Della. Aktivitasnya terbatas dengan kaki palsu.
"Kalau mau jalan setengah mati. Jadi kami putuskan pakai tongkat," ujar Aleixo.
Menjadi Atlet
Della mengaku sejak kecil menyukai olah raga. Suatu saat ada seseorang yang mengajaknya latihan atletik. Tak disangka, aktivitas barunya itu membawa dia menjadi atlet.
Della kini menjadi salah satu atlet disabilitas NTT. Dia mengikuti pemusatan latihan bersama atlet disabilitas lainnya di suatu fasilitas latihan atletik di Kupang.
"Lempar lembing, lempar cakram, tolak peluru," ujar Della tentang nomor cabang olah raga yang diikutinya.

Ketua National Paralympic Committee NTT Viktor Haning memuji semangat Della yang luar biasa selama menjalani latihan. Kendati baru bergabung pertama kali, namun Della menunjukkan perkembangan yang bagus.
"Saya lihat dia baru masuk latihan, tapi semangatnya luar biasa. Disiplinnya juga luar biasa," ujar Haning.
Pelatih atletik disabilitas NTT, Kriskeban menuturkan, Della mengikuti latihan pada 2019. Kendati pendatang baru, Della menunjukkan perkembangan yang bagus sehingga diputuskan untuk turun di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2021 di Papua.
"Dia mengikuti dari nol. Dia baru bergabung, tapi setelah berjalan setahun menunjukkan perkembangan. Ada tiga nomor yang dia ikut," ujarnya.
Haning dan Kriskeban berterima kasih kepada orang tua Della yang memberikan support total untuk anaknya berlatih dan menjadi atlet paralimpiade.
Menurutnya, ayah Della sangat rutin mengantar-jemput anaknya untuk mengikuti latihan sebanyak empat hari dalam sepekan. Sepulang sekolah, Della langsung diantar ayahnya ke tempat latihan dan akan dijemput setelah selesai pukul 6 sore.

"Terima kasih kepada orang tuanya yang telah menyerahkan sepenuhnya anaknya untuk olah raga," kata Haning.
Della telah merasakan kompetisi sebagai atlet. Dia diturunkan dalam Peparnas 2021 di Papua. "Harapan ke depan menjadi lebih baik," ujar Della optimistis.
Editor: Reza Yunanto