get app
inews
Aa Text
Read Next : Mengerikan! Petani di Riau Lolos dari Maut Setelah Bertarung Sengit dengan 3 Harimau

Begini Detik-Detik Datuk Si Harimau Penerkam Manusia Mati di Tempat Penyelamatan Satwa

Rabu, 03 November 2021 - 17:19:00 WIB
Begini Detik-Detik Datuk Si Harimau Penerkam Manusia Mati di Tempat Penyelamatan Satwa
Begini Detik-Detik Datuk Si Harimau Penerkam Manusia Mati di Tempat Penyelamatan Satwa (Foto: Dok BKSDA Jambi)

JAMBI, iNews.id - Rencana untuk melepas liarkan Harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatra) berjenis kelamin betina ke habitatnya pupus sudah. Pasalnya, Datuk si harimau penerkam manusia itu mati di kandang tempat penyelamatan satwa (TPS) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi di kawasan Mendalo, Kabupaten Muarojambi, Jambi.

Setelah 15 hari dalam ruangan observasi dan dirawat dokter hewan dari BKSDA Jambi, harimau yang berusia lebih dari 10 tahun tersebut diketahui memiliki komplikasi penyakit. 

Kepala BKSDA Jambi Rahmad Saleh menegaskan bahwa pihaknya sudah semaksimal mungkin untuk menyelamatkan Datuk.

"Dari gambaran perubahan baik dari pemeriksaan darah maupun gambaran perubahan organ secara nekropsi  (bedah bangkai), maka dapat disimpulkan sementara bahwa penyebab kematian harimau Sumtera tersebut "malnutrisi kronis”," tegasnya, Rabu (3/11/2021).

Namun, dari analisis dokter penyakit yang dideritanya tersebut sudah ada sejak beberapa bulan lalu.

"Ini diawali sejak kaki kanan depan mengalami fraktur atau patah (fraktur oblique humerus dextra). Kita tidak tahu kenapa ini terjadi," ujarnya.

Tidak hanya itu, saat dievakuasi ke TPS pada tanggal 17 Oktober lalu, kondisinya sudah sangat kurus.

"Ditemukan juga malnutrisi, letargi, nafsu makan buruk, terlihat kaki kanan depan membengkak dan tidak digunakan untuk berjalan," ujarnya.

Meski telah dilakukan tindakan medis berupa pemberian obat-obatan vitamin (supportif), anti inflamasi dan anlgesik serta pemberian pakan secara berkala, berupa ayam hidup, kelinci, hati sapi serta vitamin (supportif) anti inflamasi dan analgesi serta antibiotik. Namun, seringkali makanan tersebut tidak dihabiskannya.

"Dari hasil pemeriksaan laboratorium darah (kimia dan hematologi) menggambarkan bahwa harimau mengalami anemia berat, (gambaran Hb 5,81 g/dl, normalnya 8-15 g/dl), dehidrasi yang sangat berat," ucap Rahmad.

Selanjutnya, dari hasil pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai) menunjukan beberapa perubahan yang signifikan, seperti membran mukosa yang pucat, mata yang sangat cekung, konjungtiva pucat, organ lambung hingga usus yang mengalami perlukaan.

Di samping itu, masa otot/daging yang sangat tipis dan satwa mengalami patah tulang (fraktur obligue humerus dektra) sehingga menyulitkan satwa dalam berburu makanan atau mangsa.

"Untuk mengetahui secara pasti penyebab kematian harimau tersebut, kami akan mengirimkan sampel organ ke laboratorium PSSP (Pusat Study Satwa Primata)," tuturnya.

Kemudian, pada Kamis (28/10/2021), dilakukan tindakan medis oleh tim medis Balai KSDA Jambi, yakni drh Yuli Akhmal dan drh Zulmanudin bersama dengan drh Sugeng Dwi Hastono dari Amanah Veterinary Services, Lampung berupa pembiusan untuk pemeriksaan fisik, pengambilan sampel darah dan feses hasil pemeriksaan sampel feses ditemukan telur cacing cooperia sp.

"Berdasarkan pemeriksaan radiologi diketahui kaki kanan depan mengalami fraktur atau patah (fraktur oblique humerus dextra ) dan luxatio dan hasil pemeriksaan darah (laboratorium) menunjukkan malnutrisi," ucap Rahmad.

Berikutnya, Jumat (29/10/2021) tim dokter memberikan ayam broiler dan hati ayam, namun tidak dimakannya. Khawatir akan keselamatannya, tim melakukan tindakan medis dengan pemberian vitamin, antibiotik, antiinflamasi dan bio energy.

Pada Sabtu, (30/10/2021) satwa buas tersebut terlihat masih terbaring dan lemas. Petugas kembali pemberian vitamin bio energy dan vitamin, pengulangan antiradang dan antibiotik.

Sehari berikutnya, siang dan malam diberikan pakan berupa hati sapi. Saat itu, harimau masih mau makan mau minum. 

Melihat itu, pemberian vitamin dan bio energy terus dilakukan.  Namun demikian, satwa terlihat masih berbaring dan lemas. 

Upaya medis terus dilakukan tanpa putus asa. Namun, satwa terlihat sangat lemas, respons kurang (letargy) dan lebih banyak berbaring. Bahkan, terlihat sisa pakan hati sapi yang diberikan pada minggu malam masih bersisa sebanyak 250 gram. 

Selanjutnya, tim dokter melakukan terapi cairan infus melalui ekor (venna cocygea) dan vitamin melalui cairan infus. Meski pakan hati sapi yang disuapi langsung ke mulut menggunakan kayu namun hanya dijilati.

Pengecekan ulang terus dilakukan, termasuk memberikan pakan. Akan tetapi, satwa banyak berbaring dan tidak respon kurang (letargi).

Terakhir, pada hari Selasa (2/11/2021) pukul 02.00 WIB dilakukan pengecekan ulang. Lagi-lagi satwa hanya berbaring, lemas, respons kurang (letargi).

"Saat itu, kepala harimau masih diangkat, namun diletakkan kembali. Pada pukul 07.00 WIB dilakukan pengecekan ulang petugas, namun harimau sumatera tersebut diketahui sudah dalam keadaan telah mati," katanya.

Sedangkan dokter hewan Yuli Akmal mengaku sudah memberikan perawatan terbaik.

"Tiap hari, tiap malam kondisinya kita cek terus," ujarnya.

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut