5 Fakta Masjid Jami Al-Riyadh, Didirikan Habib Ali Kwitang hingga Tempat Persembunyian Soekarno
JAKARTA, iNews.id – Fakta Masjid Jami Al-Riyadh merupakan salah satu masjid tertua di Jakarta. Dalam sejarahnya, masjid tersebut ikut berperan dalam kemerdekaan Indonesia.
Masjid Jami Al-Riyadh berlokasi di Jalan Kembang VI No.4A, RT.1/RW.2, Kwitang, Kecamatan Senen, Kota Jakarta Pusat. Masjid ini juga disebut Masjid Kwitang.
Masjid Jami Al-Riyadh memiliki sejarah berkaitan dengan kemerdekaan Indonesia. Pendirinya, Habib Ali Kwitang, juga berhubungan erat dengan tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia, yaitu Soekarno.
Didirikan oleh Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi atau lebih dikenal dengan sebutan Habib Ali Kwitang pada 1938 di Jakarta. Habib Ali Kwitang merupakan salah satu tokoh ulama Betawi termasyhur di abad ke-20. Dia menyebarkan dakwah sampai ke negara tetangga.
Bangunan Masjid Jami Al-Riyadh awalnya bernama Al Makmur. Masjid ini sempat kebakaran dan dilakukan renovasi. Penamaan masjid ini pun diubah menjadi Khuwatul Ummah.
Kemudian, gurunya dari Hadramaut memerintahkan nama masjid itu diubah menjadi Masjid Al Riyadh, yang artinya Taman Surga. Masjid tersebut menjadi saksi bisu sejarah Indonesia dari zaman penjajahan belanda, Jepang hingga era kemerdekaan.
Awalnya Masjid Jami Al-Riyadh hanya sebuah surau yang memiliki desain rumah panggung. Bahan bangunannya masih menggunakan kayu seperti rumah Belanda.
Seiring berjalannya waktu, arsitektur masjid ini disulap megah dengan dua lantai di atas luas lahan 1.000 meter persegi.
Masjid juga didominasi oleh tiang-tiang besar segi empat. Sayangnya, masjid ini tidak memiliki halaman luas karena berada di tengah-tengah permukiman penduduk.
Kapasitas jamaah yang dapat ditampung mencapai 150-200 orang. Selain tempat dakwah dan beribadah yang bersejarah, fakta Masjid Jami Al-Riyadh merupakan berkembang membentuk Islamic Center Indonesia.
Dari masjid ini juga dibentuk sekolah formal bernama Madrasah Diniyyah Al Riyadh yang berdiri pada 1975.
Pada 1963, Masjid Jami Al-Riyadh diresmikan oleh Bung Karno. Presiden pertama Republik Indonesia itu memberikan nama Khuwatul Ummah yang artinya kekuatan umat. Nama itu disematkan karena kondisi Indonesia kala itu sedang menjaga kemerdekaan.
Namun, guru Habib Ali Kwitang di Hadramaut meminta nama masjid tersebut diganti menjadi Masjid Al-Riyadh yang berarti Taman Surga. Tidak diketahui alasan perubahan nama tersebut.
Menurut cerita dari pengurus Masjid Jami Al-Riyadh, Soekarno pernah dicari dan dikejar oleh Belanda. Habib Ali Kwitang membantu persembunyian Soekarno dengan menempatkannya di masjid ini selama dua bulan.
Saat itu, Belanda tidak berhasil menemukan Soekarno. Masjid Jami Al-Riyadh juga banyak berkontribusi membantu kemerdekaan Indonesia.
Para tokoh penggerak kemerdekaan sering mengadakan pertemuan di masjid ini. Selain itu, Habib Ali Kwitang membantu Soekarno menentukan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Masjid Jami Al-Riyadh nampak tidak pernah sepi pengunjung. Banyak orang yang datang ke masjid ini untuk berziarah ke makam Habib Ali yang meninggal dunia pada 1968. Dia dimakamkan di dalam kompleks masjid ini bersama keluarganya, yaitu Habib Muhammad bin Ali Al Habsyi, Syarifah Ni’mah, Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali Al Habsyi.
Peziarah banyak berdatangan dari berbagai daerah di Tanah Air, bahkan sejumlah pejabat pun ikut berziarah ke makam ini. Sehingga, pada 2020 Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Pusat mengusulkan tempat ini sebagai sentra wisata religi.
Nah, itu dia sejumlah fakta Masjid Jami Al-Riyadh yang perlu diketahui. Menarik untuk dikunjungi.
Editor: Kurnia Illahi