LOMBOK, iNews.id – Sejumlah warga penerima bantuan yang menjadi korban gempa di Desa Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), menolak program bantuan pembangunan rumah instan sederhana sehat (Risha) dari pemerintah pusat. Mereka beralasan masih trauma dan memilih rumah terbuat dari bahan kayu yang juga sesuai dengan kearifan lokal daerah setempat.
Informasi yang dirangkum iNews, program bantuan rumah melalui sistem Risha ini sudah mulai dibangun di sejumlah daerah di NTB. Namun bagi warga Desa Sembalun, bangunan yang diklaim sebagai rumah tahan gempa tak sepenuhnya diterima masyarakat setempat.
Mereka berharap mendapat solusi pengganti untuk rumah yang aman dan tidak terbuat dari beton. Hal itu lantaran rasa trauma yang masih dirasakan warga akibat bencana gempa bumi.
“Aspirasi sejumlah warga seperti itu. Memang ada juga yang cukup antusias menerima bantuan yang sudah diprogramkan pemerintah. Namun warga masih mengalami trauma berat dengan gempa yang bisa datang sewaktu-waktu,” kata Kepala Desa Sembalun Harmini, Rabu (26/9/2018).
Dia menjelaskan, warga mendapat tiga pilihan untuk bantuan rumah, baik yang konstruksinya terbuat dari kayu, beton, mau pun bata. “Memang kalau bangunan yang terbuat dari beton kami masih pikir-pikir untuk membangunnya. Semoga saja aspirasi ini bisa tersampaikan,” ujarnya.
Warga lebih memilih mendapat bantuan berupa anggaran untuk pembangunan kembali rumahnya. Karena mereka berkeinginan menggunakan material kayu dan untuk temboknya dibuat menggunakan bedek, yang relatif tahan gempa. Selain itu untuk konstruksinya menggunakan rangka baja ringan.
"Saat ini warga desa kami hampir semuanya masih tinggal di pengungsian, sambil menunggu aspirasi kami didengar,” ucapnya.
Diketahui, 500-an rumah di Desa Semblaun mengalami kerusakan parah usai diguncang gempa Lombok. Mereka kini menetap sementara di lokasi pengungsian sambil menunggu bantuan rumah, namun bukan yang terbuat dari beton.
Jika pemerintah tetap saja membangun konstrusi rumah Risha, maka warga akan melayangkan protes karena mereka dihantui ketakutan dan tidak berani tinggal di rumah berbeton.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait