Muslim dianjurkan membaca Surat Al Kahfi di hari Jumat karena memiliki banyak keutamaan. (Foto: ist)

JAKARTA, iNews.id - Selain disunahkan membaca banyak sholawat di hari Jumat, Muslim juga dianjurkan untuk membaca surat Al Kahfi. Surat Al Kahfi merupakan surat ke-18 dalam Alquran yang berarti para penghuni gua. Surat ini mengisahkan tujuh pemuda saleh dan seekor anjing yang mengasingkan diri dari kejaran penguasa zalim dan kafir.

Mereka hidup pada masa Raja Diqyanus di Romawi beberapa ratus tahun sebelum diutusnya Nabiyullah Isa As. Mereka dipaksa menyembah berhala. Namun, para pemuda saleh ini menolak dan lari dari kejaran pasukan raja hingga sampai dimulut gua dan dijadikan tempat persembunyian.

Dengan izin Allah mereka kemudian ditidurkan selama 309 tahun di dalam gua, dan dibangkitkan kembali ketika masyarakat dan raja mereka sudah berganti menjadi masyarakat dan raja yang beriman kepada Allah SWT (Tafsir Ibnu Katsir).

Membaca Surah Al Kahfi dapat dilakukan pada malam atau siang hari di Hari Jumat. Keutamaan membaca surat ini, Allah SWT akan memberikan ketenangan hati bagi umat-Nya yang membaca Surat Al Kahfi hingga satu pekan kemudian.

Rasulullah SAW bersabda. “Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jumat, maka ia akan disinari oleh cahaya di antara dua Jumat". (HR. Hakim).

Surat Al Kahfi termasuk surah Makiyyah, 110 ayat, Kecuali ayat 28, ayat 82 sampai dengan ayat 101 Madaniyyah turun sesudah surat Al-Gasyiyah. Al Kahfi artinya Gua.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengungkapkan keutamaan surat Al-Kahfi dan sepuluh ayat permulaan serta sepu­luh ayat terakhirnya, bahwa ayat-ayat tersebut merupakan tameng yang melindungi pembacanya dari fitnah Dajjal.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muham­mad ibnu Jafar, telah menceritakan kepada kami Syubah, dari Abu Ishaq yang mengatakan, ia pernah mendengar Al-Barra mengatakan bahwa pernah ada seorang lelaki membaca surat Al-Kahfi di dalam rumahnya, sedangkan di halamannya terdapat hewan kendaraannya. Maka hewan kendaraan itu larat, lalu ia melihat-lihat dan ternyata ada kabut atau awan yang menutupi dirinya. Kemudian ia menceritakan pengalamannya itu kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda: Bacalah terus, hai Fulan, sesungguhnya awan itu adalah saki­nah (ketenangan) yang turun saat kamu membaca Alquran, atau turun kepada Alquran.

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya masing-masing melalui hadis Syubah dengan sanad yang sama. Lelaki yang membaca Alquran itu adalah sahabat Usaid ibnul Hudair, seperti yang telah diterangkan dalam tafsir surat Al-Baqarah.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Hammam ibnu Yahya, dari Qatadah, dari Salim ibnu Abul Jad, dari Madan ibnu Abu Talhah, dari Abu Darda, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang hafal sepuluh ayat dari permulaan surat Al-Kahfi, dipelihara dari fitnah Dajjal.

Imam Ahmad telah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahiah, telah menceritakan kepada kami Zaban ibnu Fayid, dari Sahl ibnu Muaz ibnu Anas Al-Juhani, dari ayahnya bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: Barang siapa yang membaca permulaan surat Al-Kahfi dan akhirnya, maka surat Al-Kahfi menjadi cahaya baginya dari telapak kaki hingga kepalanya. Dan barang siapa yang mem­bacanya secara keseluruhan, maka surat Al-Kahfi menjadi ca­haya baginya antara langit dan bumi.

Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih telah mengatakan di dalam kitab tafsirnya dengan sanad yang garib dari Khalid ibnu Said ibnu Abu Maryam, dari Nafi, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulul­lah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka timbullah cahaya baginya dari telapak kakinya hingga ke langit yang memberikan sinar baginya kelak di hari kiamat, dan diampunilah baginya semua dosa di antara dua hari Jumat.

Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya telah mengetengahkan­nya dari Abu Bakar Muhammad ibnul Mu-ammal, bahwa telah mencerita­kan kepada kami Al-Fudail ibnu Muhammad Asy-Syarani, telah menceri­takan kepada kami Naim ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Abu Hasyim, dari Abu Mijlaz, dari Qais ibnu Abbad, dari Abu Sa’id, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: "Barang siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka memancarlah cahaya baginya sejak mulai membacanya sampai Jumat berikutnya".

Asbabun Nuzul ayat 109-110

قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا

Artinya: Katakanlah:"Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Rabbku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Rabbku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula). (QS. Al Kahfi: 109)

Diriwayatkan oleh al-Hakim dan lain-lain, yang bersumber dari Ibnu Abbas bahwa kaum Quraisy berkata kepada Yahudi: "Berilah kami bahan untuk kami tanyakan kepada orang ini (Muhammad)." Merekapun berkata: "Tanyakan kepadanya tentang ruh." Kaum Quraisy pun bertanya kepada Rasul. Maka turunlah ayat tentang Ruh (al-Israa: 85). (Setelah kam Quraisy menyampaikan jawabannya), berkatalah kaum Yahudi: "Kami diberi banyak ilmu dengan diberi Taurat. Dan barang siapa diberi Taurat, sesungguhnya ia diberi kebaikan yang banyak." Maka turunlah ayat ini (al-Kahfi: 109) yang menegaskan bahwa ilmu Allah tidak akan ada yang menyerupainya dan tidak akan habis-habisnya.

قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا

Katakanlah:"Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:"Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Ilah Yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya." (QS. Al Kahfi: 110)

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Abin Dun-ya di dalam Kitab al-Ikhlash, yang bersumber dari Thawus. Hadits ini mursal. Diriwayatkan pula oleh al-Hakim di dalam Kitab al-Mustadrak, tapi maushuul, dari Thawus, yang bersumber dari Ibnu Abbas. Al-Hakim mensahihkannya berdasarkan syarat asy-syaikhaan (al-Bukhari dan Muslim). Bahwa seorang laki-laki berkata: "Ya Rasulallah. Aku ini tabah dalam peperangan dan mengharap ridha Allah. Namun aku juga ingin kedudukanku terlihat oleh orang lain." Rasulullah tidak menjawab sedikitpun, sehingga turun ayat (al-Kahfi: 110) sebagai pegangan bagi orang yang mengharap rida Allah.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid bahwa ada seorang Muslim yang berperang karena ingin terlihat kedudukannya oleh orang lain. Maka Allah menurunkan ayat ini (al-Kahfi: 110) yang memberikan pegangan bagaimana seharusnya untuk mencapai rida Allah.

Diriwayatkan oleh Abu Nuaim dan Ibnu Asakir di dalam kitab Taarikh-nya, dari as-Suddish Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abu Shalih, dari Ibnu Abbas, yang bersumber dari Jundub bin Zubair bahwa ayat ini (al-Kahfi: 110) turun sebagai teguran kepada orang yang shalat, shaum, atau sedekah, yang memperbanyak ibadahnya apabila mendapat pujian dan merasa gembira atas pujian tersebut.

Demikian keutamaan dan asbabun nuzul dua ayat terakhir dari Surat Al Kahfi. Semoga bisa mengamalkan sebaagai pelindung diri dari fitnah Dajjal di hari Kiamat.

Wallahu A'lam bishowab.

Sumber: quranpustaka, Tafsir Ibnu Katsir


Editor : Kastolani Marzuki

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network