SAMPIT, iNews.id – Ribuan ikan ditemukan mati mendadak di Sungai Buluh Tibung yang mengalir di Desa Sebabi, Kecamatan Telawang, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng). Kematian ikan-ikan tersebut diduga karena air sungai tercemar limbah sawit.
Menurut warga Desa Sebabi, peristiwa tersebut terjadi sejak Minggu, 25 Agustus 2018. Saat itu, jumlah ikan yang mati diperkirakan mencapai ribuan ekor. Hingga sekarang, ikan-ikan masih ditemukan mati mendadak di Sungai Buluh Tibung. Tumpukan ikan mati pun menumpuk di banyak titik. “Di sepanjang Sungai Tibung bisa dilihat banyak ikan yang mati,” kata warga Desa Sebabi, Muhammad Alamsyah, Jumat (31/8/2018).
Hal ini membuat warga yang umumnya bekerja sebagai nelayan sungai, menjadi resah karena tangkapan berkurang drastis. Bagi warga Desa Sebabi, keberadaan sungai tersebut sangat penting karena mereka menggantungkan hidup dari sana. Kini, mereka mengaku tidak tahu harus berbuat apalagi dengan kondisi anak Sungai Mentaya itu. “Kami di sini ya mengeluhkan kondisi ini. Karena penghasilan kami kan dari ikan-ikan di Sungai Buluh Tibung,” katanya.
Dilihat dari kondisi air sungai saat ini, warga curiga ribuan ikan mati mendadak karena sungai tercemar. Sejumlah warga mengatakan, ada kebocoran kolam limbah dari pabrik pengolahan kelapa sawit di desa tersebut sehingga limbah mengalir ke sungai.
“Kami memang tidak tahu pasti penyebabnya, bisa jadi dari limbah pabrik, bisa jadi juga karena yang lain. Kami hanya berharap pemerintah daerah bisa segera turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini,” kata Muhammad Alamsyah.
Sementara anggota Komisi II DPRD Kotim Alexius Esliter memaparkan, informasi dari warga, kematian ikan-ikan secara mendadak di Desa Sebabi, bukan kali ini saja terjadi, tapi sudah berulang kali. Namun, jumlah ikan yang mati mendadak lebih banyak saat ini daripada sebelumnya. “Ini yang paling parah, paling banyak ikan yang mati. Sebagian ikan sudah tersapu hujan deras,” kata Alexius.
Alexius mengatakan, jika memang kematian ikan-ikan secara mendadak di sepanjang Sungai Buluh Tibung karena kebocoran limbah pabrik pengolahan kelapa sawit, dia meminta perusahaan bertanggung jawab. “Kami minta perkebunan sawit bertanggung jawab, bagaimana caranya memberikan ganti rugi kepada masyarakat karena mereka telah kehilangan mata pencaharian selama ini,” ujarnya.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait