KONAWE, iNews.id – Banjir yang melanda Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengakibatkan ratusan rumah warga hanyut terbawa derasnya arus Sungai Lalindu, Sungai Walasolo dan Sungai Landawe yang meluap.
Banjir juga merendam lahan sawah seluas 970,3 hektare (ha), lahan jagung (83,5 ha), dan 420 tambak ikan hanyut. Sedangkan korban banjir yang mengungsi sudah 1.598 kepala keluarga (KK) dengan jumlah 5.703 jiwa. Mereka tersebar di 42 desa dan tiga kelurahan di enam kecamatan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, penanganan terhadap korban banjir terus dilakukan tim gabungan.
Namun, upaya itu menemui sejumlah kendala di antaranya hujan dengan intensitas cukup tinggi masih turun membuat arus aliran air masih deras, penggunaan sampan mesin tidak dapat menjangkau wilayah terisolir.
“Selain itu, sulitnya akses komunikasi dan penyaluran bantuan logistik dari BNPB belum tiba dikarenakan akses jalan menuju Kabupaten Konawe Utara terputus akibat banjir,” kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (12/6/019).
Dia menyebutkan, kebutuhan mendesak untuk korban banjir saat ini yakni, pelayanan kesehatan, dapur umum dan kebutuhan dasar, matras, tenda pengungsi, selimut dan family kit, genset, alat komunikasi, dan light tower. “Selain itu, pakaian layak pakai, makanan siap saji, elpiji dan kebutuhan lainnya,” katanya.
Sutopo menuturkan, upaya yang dilakukan BNPB dan BPBD Konawe Utara sata ini menyusun form pendataan pengungsi dan pendistribusian logistik. Saat ini sedang dalam proses pengumpulan data, monitoring ketinggian air, melakukan evakuasi dan penyelamatan masyarakat terdampak.
Kepala organisasi perangkat daerah (OPD) yang menjadi koordinator di masing-masing kecamatan sudah mulai melakukan assesment terkait jumlah masyarakat yang terdampak, mengungsi, kerusakan rumah serta menentukan lokasi yang akan didirikan tenda pengungsi dan dapur umum.
Selain itu, melakukan pelayanan kesehatan dan mobilisasi petugas kesehatan di tempat fasilitas kesehatan dan pos kesehatan, membuat jaringan komunikasi guna mendukung komunikasi dalam penanganan darurat. Frekuensi Standby 143.330.
Pemda Kabupaten Konawe Utara juga sudah membuka rekening untuk menampung sumbangan dalam bentuk uang. Bantuan tenda pengungsi dari BNPB telah dipasang di beberapa titik pengungsian, yaitu di Desa Tapuwatu dan Kelurahan Asera di Kecamatan Asera, dan Desa Lahimbua, serta Kelurahan/Kecamatan Andowia.
“Helikopter sudah beroperasi menyalurkan bantuan logistik dan personel di lokasi yang terisolir. Helikopter melakukan distribusi logistik, personil dan evakuasi sebanyak dua sorti,” katanya.
Sutopo menyebutkan, hingga Selasa (11/6/2019) malam, pengungsi di Kecamatan Andowia sebanyak 526 KK dengan jumlah 1.665 jiwa. Mereka berasal dari empat desa dan satu kelurahan.
Di Kecamatan Oheo, sebanyak 202 KK atau 573 jiwa pengungsi yang berasal dari 14 desa dan satu kelurahan. Di Kecamatan Asera sebanyak 655 KK dengan jumlah 2.608 jiwa yang berasal dari 13 desa dan satu kelurahan.
Selanjutnya di Kecamatan Landawe ada 103 KK atau 409 jiwa pengungsi yang berasal dari enam desa. Di Kecamatan Langgikima, 12 KK sebanyak 48 jiwa yang berasal dari dua desa. Terakhir di Kecamatan Wiwirano, banjir melanda tiga desa, namun jumlah pengungsi masih dalam pendataan.
Sejumlah fasilitas umum dan fasilitas sosial terendam banjir, masing-masing 28 gedung sekolah, yang terdiri atas 8 gedung SD, 3 SMP, dan 17 gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Selain itu, ada dua gedung balai desa terendam.
Banjir juga telah menyebabkan sejumlah jembatan penghubung desa terputus. Salah satunya, jembatan penghubung Desa Laronanga dan Desa Puwonua yang hanyut.
Kemudian, satu jembatan di Desa Padalerutama tidak bisa dilalui karena terendam. Jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Desa Tanggulari-Desa Tapuwatu juga masih terputus.
Sutopo menambahkan, hingga kini masih ada tiga desa yang belum bisa dijangkau karena akses yang putus dan derasnya aliran air. Tiga desa tersebut berada di Kecamatan Wiwirano, yakni Desa Padalere Utama, Desa Padalere, dan Desa Lamonae Utama.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait