PANDEGLANG, iNews.id - Ratusan bangkai kapal nelayan yang tersangkut di aliran Sungai Cipunten Agung, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten dievakuasi ke pinggir sungai, Kamis (3/1/2019).
Evakuasi terhadap 200 bangkai kapal yang rusak akibat diterjang tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 lalu itu dilakukan karena memicu banjir lantaran menutup aliran sungai.
Seorang nelayan Labuan, Arif Hide mengatakan, banyaknya ratusan bangkai kapal yang menutup sungai tersebut membuat Kecamatan Labuan mengalami tiga kali banjir besar dalam kurun waktu 10 hari. “Air dari gunung dan hujan deras tak bisa langsung mengalir ke laut dan membanjiri ratusan rumah warga di empat desa,” katanya.
Menurut Arif, dengan dievakuasinya ratusan bangkai kapal tersebut diharapkan tidak ada lagi banjir besar yang melanda desanya.
Sementara itu, Ratusan rumah warga di Kampung Bojen, Desa Kulon, Kecamatan Sobang, Pandeglang, Banten, masih tergenang banjir, Kamis (3/1/2019) malam ini. Khawatir banjir semakin meninggi, warga mengaktifkan ronda malam demi keamanan lingkungan mereka.
Pantauan di lokasi, ketinggian air saat ini mencapai satu meter lebih. Hal ini membuat warga selalu waspada, karena khawatir banjir akan kembali naik.
Selain akibat intensitas curah hujan yang cukup tinggi, banjir juga disebabkan adanya air kiriman dari desa tetangga mereka. Letak topografi yang rendah, membuat Desa Kulon selalu kebanjiran, meski hujan tidak berlangsung lama.
“Sering, sering banget di sini banjir. Kalau musim penghujan kami sering kebanjiran di sini. Kerugian material bisa banyak, seperti sawah, ladang, toko-toko pada tutup. Banyak juga yang rusak. Banjir ini air kiriman dari Kota Mekar,” kata salah seorang warga, Ismail, Kamis (3/1/2019) malam.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait