JAKARTA, iNews.id – Pascabencana gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), pada Jumat (28/9/2018) sore lalu, sejumlah korban selamat masih mengalami trauma. Saat ini, masyarakat sangat membutuhkan trauma healing.
Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dalam kejadian bencana alam ada periode-periode panik. Dalam periode ini, masyarakat masih mengalami rasa cemas pascakejadian gempa dan tsunami.
“Periode panik terjadi karena trauma dengan kejadian. Selain itu, kebutuhan sehari-hari terbatas. Itu yang menyebabkan stress, menderita,” tutur Sutopo di Kantor BNPB, Jakarta, Selasa (2/10/2018).
Untuk mengatasi kondisi psikologis para korban, Sutopo menilai tenaga para psikolog sangat penting dan diperlukan untuk memberikan trauma healing. “Perlu trauma healing agar tetap optimistis, maka kami sangat memerlukan tenaga medis, psikolog untuk para korban,” ungkapnya.
BNPB mencatat hingga kini, ada 61.867 warga mengungsi akibat bencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulteng. Mereka tersebar di 109 titik lokasi pengungsian. Para korban di pengungsian masih membutuhkan logistik seperti makanan, air bersih, tenda, selimut, genset, dan obat-obatan.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait