SAMPIT, iNews.id – Jumi (49) warga Desa Ganepo, Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur-Sampit, Kalimantan Tengah, berhasil lolos dari kematian. Dia berjibaku melawan serangan buaya liar saat sedang mencuci pakaian di pinggiran Sungai Mentaya.
Informasinya, ibu rumah tangga itu sedang melakukan aktivitasnya seperti biasa mencuci pakaian di dermaga kecil yang tidak jauh dari rumahnya, di tepi Sungai Mentaya, Kamis 8 Maret 2018. Namun secara tiba-tiba muncul buaya muara yang tidak diketahuinya dan langsung menyergap bagian tangan kirinya.
Menahan sakit, korban pun berteriak meminta tolong. Namun sejurus kemudian buaya liar itu berusaha menariknya ke dalam air. Dengan sekuat tenaga, Jumi meraih potongan kayu di dermaga dan memegangnya erat. Dia mampu bertahan dan buaya tak bisa menyeretnya ke dalam air. Buaya itu kemudian coba mencengkram dengan cakarnya dan melukai bagian lengan kiri Jumi.
Pergulatan melawan buaya itu belum berakhir, Jumi tak hanya pasrah dan tinggal diam. Dia terus menendang-nendang bagian mata buaya yang berupaya menariknya masuk ke dalam air. Di waktu yang tepat, suami korban yang mendengar jeritan minta tolong tiba di lokasi kejadian dan langsung menolong istinya.
Berbekal senjata tajam yang dibawanya, suami Jumi hendak menyerang balik buaya liar tersebut. Namun buaya itu lebih dahulu menyelam ke dalam sungai dan menghilang dari pandangan keduanya.
Dengan kondisi terluka, suami Jumi langsung mengevakuasi istrinya dan meninggalkan lokasi serangan buaya tersebut. Dia kemudian mengobati sejumlah luka terbuka di bagian lengan istrinya dan memberitahukan ke warga sekitar. Penyerangan buaya itu lalu diinformasikan ke petugas dan ditindaklanjuti oleh Direktorat Polair Polda Kalteng.
"Posisi saya lagi setengah duduk mencuci pakaian, tiba-tiba diserang buaya. Saya langsung mencari pegangan karena buaya itu berusaha menyeret saya ke dalam air," kata Jumi sambil menunjukkan luka-lukanya kepada wartawan iNews.
Petugas kemudian berpatroli untuk mencari buaya liar yang menyerang warga tersebut. “Serangan buaya biasa terjadi saat musim kawin, tapi bukan di saat ini. Karena itu kami sosialisasi ke warga untuk membatasi aktivitas di pinggir sungai saat sore hari, yang menjadi waktu buaya-buaya itu keluar mencari makan,” kata Direktur Polair Polda Kalteng, Kombes Pol Badaruddin, Jumat (9/3/2018).
Diketahui, kemunculan buaya, khususnya di sekitaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Mentaya akhir-akhir ini memang kerap terjadi. Buaya itu bahkan masuk hingga ke kawasan permukiman warga, sehingga memunculkan teror.
Berdasarkan catatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sampit, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi 12 kali serangan buaya kepada manusia, dan lima di antaranya menyebabkan korban meninggal dunia.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait