MANGGARAI BARAT, iNews.id - Menghadapi ancaman gelombang pengangguran yang mulai terasa di sejumlah daerah, Partai Perindo Nusa Tenggara Timur (NTT) mengambil langkah strategis. Melalui program Anak Muda Berkarya, Perindo yang dikenal sebagai Partai Kita ini menyiapkan gedung-gedung sekretariatnya untuk menjadi balai pelatihan kerja.
Plt Ketua DPW Partai Perindo NTT, Simson Lawa menyoroti tren penurunan tingkat hunian hotel di destinasi wisata unggulan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat. Kondisi ini dinilai berpotensi memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor pariwisata.
“Menurunnya tingkat hunian akan berdampak pada pengurangan tenaga kerja. Ancaman PHK sudah di depan mata. Persoalan ini perlu disikapi segera,” ujar Simson, Selasa (3/6/2025).
Dia menyampaikan, inisiatif menjadikan sekretariat partai sebagai tempat pelatihan kerja ditujukan agar anak-anak muda memiliki keterampilan yang dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru. Di sisi lain, mereka yang terdampak PHK diharapkan bisa bangkit melalui jalur wirausaha.
“Ketua DPD sekaligus anggota DPRD sedang menyiapkan sekretariat Partai Perindo sebagai tempat pelatihan kerja, yang siap bekerja sama dengan para stakeholder,” katanya.
Langkah ini dinilai sebagai tindak lanjut dari instruksi Ketua Umum Partai Perindo Angela Tanoesoedibjo, yang mendorong seluruh jajaran partai untuk aktif merespons dinamika ekonomi yang tak menentu, termasuk maraknya PHK.
Dengan mengoptimalkan infrastruktur partai sebagai pusat pelatihan, kata dia Partai Perindo NTT berharap bisa menjadi bagian dari solusi atas tantangan ketenagakerjaan yang semakin kompleks.
Langkah Partai Perindo NTT ini mendapat dukungan dari Firda Riwu Kore, Ketua Bidang Pedesaan dan Potensi Kedaerahan DPP Partai Perindo. Dia menilai program tersebut sebagai bentuk inovasi sosial yang dibutuhkan saat ini.
“Transformasi sekretariat partai menjadi balai pelatihan kerja adalah langkah nyata menghadapi tantangan ketenagakerjaan di NTT,” katanya.
Menurutnya, program Anak Muda Berkarya sangat relevan dengan kebutuhan pemuda NTT yang membutuhkan akses pelatihan keterampilan. Politik dinilai harus hadir dalam bentuk keberpihakan konkret, bukan sekadar wacana.
“Program ini adalah contoh nyatanya. Harapannya, program ini melahirkan generasi muda yang tidak hanya siap kerja, tapi juga siap menciptakan lapangan kerja,” katanya.
Dia berharap, pelatihan ini tidak hanya berlangsung satu kali, tetapi juga menyediakan pendampingan berkelanjutan agar peserta mampu mengembangkan keterampilan menjadi usaha atau karier yang mandiri.
“Model berkelanjutan ini mengisi celah yang sering luput dalam program pelatihan formal yakni tidak adanya dukungan setelah pelatihan selesai,” ucapnya.
Dia juga mendorong kolaborasi lintas sektor seperti komunitas, dunia usaha, akademisi hingga pemuda lokal untuk bersama-sama membangun ekosistem pelatihan yang berkelanjutan. Program ini bukan hanya agenda partai, tetapi harus menjadi gerakan bersama demi masa depan NTT yang mandiri dan maju.
“Program seperti ini adalah investasi jangka panjang untuk kemandirian dan kemajuan daerah,” katanya.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait