JAKARTA, iNews.id - Gempa bumi beruntun yang melanda wiayah Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu semakin memperparah kekeringan di propvinsi itu.
Selain sumur dan sumber air lainnya kering, jaringan pipa air untuk memasok kebutuhan air bersih hampir semuanya rusak akibat gempa.
Dari data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), total ada 1,23 juta jiwa di NTB yang terdampak kekeringan. Mereka tersebar di sembilan kabupaten/kota meliputi 74 kecamatan dan 346 desa.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan gempa beruntun dan merusak di Lombok dan Sumbawa menyebabkan dampak kekeringan meningkat. "Jaringan pipa air rusak sehingga pasokan air bersih berkurang. Masyarakat di pengungsian jauh dari sumber air," kata Sutopo, Jumat (7/9/2018).
Sutopo mengatakan, sebelum gempa terjadi, kebutuhan air bersih masyarakat dipenuhi dari perusahaan daerah air minum (PDAM), sumur dan jaringan distribusi air bersih lainnya. Di pengungsian, masyarakat bergantung pada bantuan distribusi air dari mobil tangki air, bak penampungan dan sumur bor yang dibangun pemerintah.
"Wilayah Nusa Tenggara Barat sesungguhnya sudah mengalami kekeringan dan krisis air sebelum terjadi gempa. Dengan adanya gempa, dampak kekeringan menjadi lebih meningkat," kata Sutopo.
Dia mengatakan, kekeringan terjadi di beberapa tempat di wilayah Indonesia khususnya Jawa dan Nusa Tenggara. Kekeringan terjadi di 4.053 desa dari 888 kecamatan di 111 kabupaten/kota dari 11 provinsi di Indonesia. Di Nusa Tenggara Timur, kekeringan berdampak pada 866.000 penduduk yang tersebar di 22 kabupaten/kota meliputi 254 kecamatan dan 896 desa.
"Musim kemarau diperkirakan berlangsung hingga September 2018 dengan puncaknya selama Agustus-September. Yang mengalami kekeringan saat ini adalah daerah-daerah yang hampir setiap tahun mengalami kekeringan," kata Sutopo.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait