MANADO, iNews.id – Masyarakat Manado memiliki tradisi unik yang digelar setiap awal tahun, tepatnya minggu terakhir bulan Januari. Tradisi itu disebut Festival Figura. Dalam festival ini, para peserta mulai dari anak-anak hingga kaum lanjut usia (lansia) mengenakan kostum-kostum unik yang mengundang gelak tawa masyarakat.
Para kaum laki-laki tampak percaya diri mengenakan pakaian perempuan dan sebaliknya kaum perempuan memakai pakaian laki-laki. Ada pula para lansia memakai seragam sekolah menengah pertama (SMP). Seorang kakek yang mengenakan seragam SMP perempuan, melengkapi penampilannya dengan wig rambut panjang dikepang.
Seorang peserta laki-laki yang juga sudah lansia, tampil layaknya ibu-ibu hamil, lengkap dengan payung sambil mengepit tas. Ada juga laki-laki memakai kostum seperti pebalet dengan rok tutu dan wajah ber-make up mirip pemain pantomim. Sementara kaum perempuan lansia ada yang memakai kostum satpam dan lurah. Anak-anak pun tak mau kalah. Mereka juga memakai kostum yang unik-unik dan lucu-lucu.
Aksi para peserta ini mengundang gelak tawa para penonton yang antusias memadati ruas Jalan Garuda, Mahakeret Barat, Manado, Sabtu sore, 27 Januari 2018. Festival ini sangat menghibur masyarakat setempat. Banyak yang tertawa dan tersenyum melihat penampilan para peserta. Selain bisa melihat pawai kostum unik dan lucu-lucu, mereka terhibur dengan kesenian tradisional musik bambu yang biasanya selalu mengawali pelaksanaan Festival Figura.
Pagelaran Festival Figura ini merupakan salah satu budaya yang masih dipertahankan suku Borgo sampai sekarang di Kota Manado, Sulawesi Utara. Festival Figura menjadi tradisi awal tahun untuk mensyukuri segala berkah yang diperoleh di tahun sebelumnya. Selain itu, tradisi ini menjadi momen untuk mempererat persaudaraan antara warga.
Menurut masyarakat, kesenian rakyat ini disebut dulunya dibawa pelaut Spanyol yang tinggal di kawasan pelabuhan di Manado. Sesuai namanya yang berasal dari bahasa Latin, Figura artinya figur atau sosok. Festival ini identik dengan seni pantomim atau menirukan sosok tokoh-tokoh. Itu sebabnya, setiap pelaksanaan Festival Figura, masyarakat mengenakan kostum berbeda-beda dan unik. Mereka tampil menjadi sosok yang lain dari dirinya sehari-hari.
Lurah Mahakeret Barat, Tommy Karongkong yang menjadi panitia mengatakan, khusus untuk awal tahun 2018 ini, selain karena ingin meneruskan tradisi, mereka menggelar Festival Figura untuk mempersatukan warga. Tahun lalu, di lokasi ini sering terjadi tawuran antara lingkungan. Warga yang tidak ingin kejadian serupa terulang tahun ini berharap Festival Figura bisa mengantisipasi konflik antarwarga.
“Masyarakat sangat mendukung pelaksanaan acara ini untuk mempersatukan warga. Selama ini di Mahakeret Barat ini diketahui, terutama di tahun 2017 lalu, terjadi perselisihan-perselisihan antara lingkungan. Tahun ini semoga tidak terulang dengan dukungan warga,” kata Tommy Karongkong.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait